Rss Feed

Things You Can't Live Without


Pernah berpikir, what you really can't live without? Hal-hal, benda-benda, yang tanpanya rasanya kita tak mungkin bertahan, yang tanpanya hidup akan terasa jauh lebih sukar? Take your time a little while, dan berpikirlah secara jernih. Some may say it's a gadget, handphone, TV, playstation, club, good movie. Tapi nyatanya aku bisa bertahan hidup tanpa itu semua (tentu saja berani ngomong begitu karena sudah pernah merasakan, hehe). Here are my version:

1) Tusuk gigi. Bener-bener item pertama yang gw cari seusai makan. Sangat amat tersiksa jika gak berhasil menemukan tusuk gigi di warung, mess, restoran. Bakal berusaha menyulap benda apapun supaya bisa difungsikan sebagai tusuk gigi, misalnya: tusuk sate, korek api kayu, cotton bud, bahkan garpu. Sebenarnya gigi sudah berlubang parah macam black hole, dan mestinya tusuk gigi sudah menjadi barang terlarang. Tapi entahlah, sensasi dari tusuk gigi tak akan bisa tergantikan, hehe. Pernah sekali dibelikan dental floss supaya jauh-jauh dari tusuk gigi, tapi malah katrok jadinya, hahaha..

2) Nasi. Seperti layaknya orang Indonesia lainnya yang sangat Indonesia, nasi is a must! Nasi harus jadi komponen utama dari tiap sarapan, makan siang, dan makan malam. Belum makan namanya kalau belum makan nasi. Gak bakal kenyang juga kalau belum makan nasi, meskipun udah makan pizza, mie ayam, bakso, gorengan, dan lain-lain. Katrok sungguh, hehe..

3) Air putih. Semenjak pernah sakit infeksi saluran ginjal dan disarankan dokter untuk banyak-banyak minum air putih, sekarang akhirnya jadi bener-bener gak bisa hidup tanpa air putih. Cuma bisa minum air putih meskipun ada coke, es jeruk, jus alpukat, dan es kelapa muda. Air putih bener-bener minuman paling nikmat sedunia. Tapi akibatnya, dehidrasi sedikit saja akhirnya bikin infeksinya kumat lagi. Huhuhu..


4) Ipod. For me, music is not everything, but really really can't live without it. Sudah pernah merasakan ipod hancur gara-gara ikut kerendem bersama cucian, keputar mesin cuci, direndam molto sampe wangi, dan akhirnya masuk mesin pengering selama sejam. Pas kantong sedang sangat kempes sehingga gak bisa beli yang baru. Rasanya,, uhhhh,, mendingan hidup tanpa pacar dibanding hidup tanpa ipod. Dan ini sama sekali gak lebay, hehe..

5) Good friends, good laughs. Tertawa adalah wajib hukumnya dalam hidup. Teman baik adalah wajib pula dalam hidup. Tertawa bersama teman baik, kalau kata saya, is like heaven. Ia obat dari segala sakit dunia. 




So, what are yours? :)

Trust..


Apa yang membedakan kawan spesial, kawan biasa, bukan-siapa-siapa, dan bahkan musuh? I guess it's a trust between.. Dan saat kepercayaan ini hilang, kawan spesial turun derajat menjadi kawan biasa, kawan biasa turun derajat menjadi bukan-siapa-siapa, yang bukan-siapa-siapa turun derajat menjadi musuh,,, dan bukannya tidak mungkin bahkan kawan spesial terjun bebas derajatnya menjadi musuh.

Aku, mungkin orang yang harus belajar banyak tentang betapa berharganya kepercayaan ini, dan bagaimana ia semestinya hanya diberikan kepada mereka yang benar-benar berhak dan pantas mendapatkannya. Sungguh beberapa kejadian belakangan ini amat sangat mengecewakan jiwa yang (ternyata) terlalu murah hati dalam memberi kepercayaan ini.



Kejadian pertama melibatkan seorang kawan lama yang sudah bagaikan saudara. Pekerjaannya sebagai forex investment advisor, tugasnya kurang lebih menjadi advisor untuk client-client investor forex yang berinvestasi di perusahaannya. Kali pertama sang kawan masuk ke perusahaan ini, ia kelimpungan mencari calon-calon client potential yang bersedia mempercayakan minimal 100juta sebagai rekening pembukaan.

Dan aku seketika percaya padanya. Meskipun nominal tersebut bukan angka yang kecil adanya. Aku mempercayakan hasil keringat 2 tahun padanya, percaya pada kapabilitasnya memprediksi nilai tukar mata uang, meskipun aku tahu background pendidikannya sama sekali tak menyentuh ekonomi. Aku mempercayakan semuanya hanya bermodal fakta bahwa ia adalah seorang teman baik.

Selang beberapa bulan kemudian, kabar buruk datang. Investasi ini, rugi hingga hanya tinggal 13 juta saja. Tamatlah aku.


Kejadian kedua melibatkan seorang rekan kerja yang hendak membuka bisnis baru. Ia berniat untuk resign dan berkonsentrasi pada usaha wiraswastanya yang membutuhkan suntikan dana 20 juta. Aku sendiri termasuk tipe orang yang berpikir, untuk apa duit didiamkan saja di bank sementara ada orang yang lebih membutuhkan? Untuk apa duit menganggur kalau ada orang yang akan terbantu dengannya? Dan aku seketika merasa ingin membantu. Percaya tanpa keraguan sedikit pun, hanya bermodal fakta bahwa ia adalah rekan kerja yang sedang membutuhkan.

Selang beberapa bulan kemudian setelah ia resign, mulai tercium gelagat yang tidak enak. Tak satupun sms, telepon, BBM, dan message yang dibalas. Ia menghilang bak tersapu angin. Dan akhirnya beberapa rekan kerja yang lain mulai bercerita tentang belangnya si kawan, betapa duit tersebut ternyata digunakan untuk hal-hal yang tak pernah kusangka.


....

Mungkin sudah waktunya untuk lebih berhati-hati dalam memberi kepercayaan.When it comes to business, it's business. Aku mungkin terlalu gampang percaya, sementara tak semua mereka pantas dipercaya. Menyedihkan rasanya mengetahui, bahwa korelasi betapa gampanganya kepercayaan yang kita beri tidaklah selalu linier dengan betapa besarnya mereka menjaganya.

Dan hai kawan yang telah merusak kepercayaan, terlepas dari segala penderitaan yang telah kalian ciptakan padaku, aku yakin kalian masih punya nurani yang belum mati, dan bahwa seumur hidup kalian akan dihantui rasa bersalah, dan tidur kalian tak akan pernah nyenyak. Dan biarlah itu yang menghukum kalian sementara aku mengikhlaskan semuanya dan menjadikan ini sebuah pelajaran berharga. 

Karena ini bukan tentang uang, ini tentang kepercayaan..