Rss Feed

Adik Kecil Bervisi Besar..

 
Meet Nova, my lil' sister. Si adek paling bontot yang kedatangannya mengejutkan kami semua. Saya ingat saya duduk di semester 6 waktu itu, tengah bersantai di kosan, dan nyaris keselek sendok - waktu Evi, adek saya menelepon dan memberitahu bahwa sang nyokap tengah hamil (lagi). Saya bangkit dan bercermin, menyadari bahwa saya berumur 20 tahun dan bertanya-tanya seperti apa rasanya punya adik lagi.

Lalu lahirlah bocah ini ke dunia. Dengan status bungsunya dan kemanjaannya yang segera merebut hati semua. Wajahnya manis dan menggemaskan, sudah pasti lebih cute dibanding kakak-kakaknya yang dekil itu. Suaranya cempreng memekakkan telinga, yang dijadikannya senjata untuk mengadukan orang-orang yang mengganggunya. Hobinya menangis dan berteriak. Manjanya bukan kepalang. Adik kecil ini sepertinya sadar betul potensi anak bungsu, dan bisa memanfaatkannya dengan baik untuk mendapat hal-hal yang dia inginkan. Hahaha...

She is sooooo irresistible!

Tapi dibalik kemanjaannya yang kadang-kadang bikin saya kepengen mengiris nadi, rumah kami akhirnya jadi semarak kembali. Meskipun tiap hari adegannya tetap saja sama, - sang kakak menjahili si adik, si adik nangis dan mengadu, gantian si kakak dimarahi bokap nyokap. Si kecil ini selalu berhasil bikin kami mengurut dada, tapi di saat yang sama juga sayang dan gemas bukan kepalang.

Kini, dia tumbuh, begitu cepatnya! Saya yang hanya pulang ke rumah setahun sekali dua kali ini, selalu takjub melihat betapa cepatnya seorang bayi lucu bertransformasi menjadi gadis kecil yang ceria. Ia kini tumbuh menjadi anak yang cerdas, kritis, sangat menggemaskan dengan celetukan-celetukan spontannya dan pertanyaan beruntun yang tak habis-habisnya. Tapi yang bikin saya luar biasa kagum, ia punya pemikirannya sendiri yang sangat dewasa yang dihasilkan lewat alur berpikirnya yang lugu dan bersahaja.

Isn's she so cute?

Tumbuh sebagai anak bontot yang kakak pertamanya bekerja di luar pulau, kakak keduanya bekerja di luar kota, kakak ketiganya duduk di bangku SMA dan jadi remaja gaul yang jarang pulang, - praktis si Nova ini jadi satu-satunya yang menemani orang tua kami di rumah. Entah karena pesonanya yang susah ditampik atau memang karena orang tua kami sudah berada di titik dimana mereka sudah jenuh menjadi orang tua yang keras, si Nova benar-benar menjadi anak kesayangan. Setengahnya mungkin karena rasa terima kasih mereka akan hadirnya seseorang yang menemani hari-hari mereka dengan keceriaan yang sudah lama lenyap dari rumah, ikut terbawa anak-anak mereka yang pergi merantau.

Suatu ketika, saya menanyakan cita-citanya, hendak jadi apa besar nanti. Pertanyaan lumrah yang ditanyakan ke anak kecil bukan? Dan saya tidak berharap jawabannya akan jauh-jauh dari sekitar dokter, presiden, astronot, artis, atau pilot. Tapi jawaban adik kecilku ini luar biasa: ingin jadi guru ngaji sambil buka warung di depan rumah. Alasannya pun sederhana, supaya bisa tetap menemani sang ibu agar tak sendirian di rumah.

Saya merasa telak tertampar. Rupanya ia menyaksikan betapa kakak-kakaknya kini sibuk dengan kehidupannya, dan cita-citanya jelas menggambarkan bahwa ia tak ingin seperti kami. Saya tertegun. Sungguh tak sekalipun pernah terlintas di benak untuk mencari pekerjaan yang dekat dari rumah, yang saya pikirkan hanyalah berkarir setinggi-tingginya, mengaktualisasi diri, hidup dengan nyaman dan bercukupan.

Calon ibu guru ngaji kami!

Adik kecil, terima kasih telah membukakan mata kami. Bahwa kebahagiaan tidaklah selalu berbanding lurus dengan kemapanan. Bahwa terkadang bahagia itu bisa didapatkan dengan membahagiakan orang lain. Bahwa membahagiakan orang tua tidaklah melulu dengan uang dan harta, melainkan cukup dengan hal-hal kecil yang justru sering luput dari kita - berada di sisi mereka, mendampingi hari-hari mereka, mendengarkan cerita dan keluh kesah mereka...


PS: Tumbuhlah, tumbuhlah menjadi gadis yang penuh cinta pada sesama :)