Rss Feed

Karena Kelas IPA Biasa Terlalu Mainstream


Scientist is cool, isn't it girls? :)


Di suatu siang yang cerah, dalam kelas kami yang senantiasa ceria.
Ini adalah recalling pelajaran tentang gaya dan energi,

Saya      : Coba kasih nci contoh sumber energi panas!
Fauzan : Matahari!
Saya      : Bagus! Apa lagi coba?
Edil        : Maces (maksudnya matches, korek api – red)!
Irsa        : Lilin!
Alia        : Kompor!
Saya      : Betul semua. Maces, lilin, kompor, itu sumber panasnya sebenarnya di api-nya yaa. Ada contoh lain lagi?
Dallo     : Rica (cabe – red), nci! Kalau kita makan, kita kepanasan kan, nci? *sambil akting kepedesan dan kipas-kipas
Saya      : *urrrmmm   *bisa jadi bisa jadeeeeeee


Lanjut lagi belajar tentang gaya gravitasi, yang berlanjut ke sesi tanya jawab bebas dan mengkhayal,

Saya      : Blablablaa ... (cut!)
Nah, ada yang pernah lihat di TV bagaimana astronot berjalan kalau di bulan?
Fauzan : Iya pernah liat, nci! Pernah liat di video. Jalannya melayang-layang.
Edil        : Habis jalan-jalan, trus mereka tancap bendera di bulan, nci!
Saya      : Hebat Fauzan sama Edil masih ingat yaaa.. Di bulan jalannya melayang karena sudah semakin jauh dari gravitasi bumi.
Dallo     : Nci, papak saya pernah ke bulan!
Saya      : Ohyaa? Kapan? Sama siapa? *antusias   *horee ada anak astronot di kelas sayaa
Dallo     : Ada waktu itu nci, pergi baambe’ (mengambil) ikan.
Saya      : *baiklaaahh   *baru tau di bulan banyak ikan   *baru ngeh kalau Bulan itu nama desa di sini


Sesi tanya jawab berlanjut,

Irsa        : Eh nci, gimana sih rasanya pake baju astronot? Apa mereka tidak kepanasan ketutup begitu semua, nci?
Saya      : Wah, nci juga tidak tahu karena belum pernah pake baju astronot. Ayo jadi astronot, biar tahu rasanya!   *I just couldn’t find a better answer, haha
Fauzan : Nci, kenapa cuma di bumi yang ada gravitasi?
Saya      : Masing-masing benda langit punya gaya gravitasinya dan kekuatannya sendiri-sendiri, Ucan. Jadi tidak cuma bumi saja yang punya gaya gravitasi. Cuma, karena kita tinggal di bumi, kita seringnya jadi bilang gravitasi bumi.   *a very smart question, indeed!
Alia        : Nci, kalau itu pesawat naik teruuuuus ke atas, bisa mati dong orangnya!
Saya      : Kalau pesawat hanya terbang di lapisan udara yang masih ada di sekitar bumi, Alia. Jadi di sana memang masih ada oksigen, hanya lebih tipis dan tekanan udaranya tinggi. Nah, sebelum istirahat, nci kasih waktu untuk satu pertanyaan lagi ya. Masih ada yang mau tanya? *ahhh, senangnya punya anak-anak kritis


Hening sebentar.

Edil        : Nci, apa betul di bulan ada bendera?
Saya      : *ebuseeettt   *bener-bener pertanyaan pamungkas dan ultimate! 


Pensiun, Siapa Takut? (Sebuah catatan untuk anak muda yang ingin tetap muda di hari tua)


Sejujurnya, saya tak pernah berpikir terlalu serius tentang dana pensiun sebelumnya. Mungkin karena dulu saya baru 3 tahun bekerja, dan tengah menikmati merdekanya punya penghasilan sendiri. Mungkin karena saya masih muda dan belum berkeluarga, sehingga merasa masih panjaaaang waktu untuk memikirkannya nanti-nanti. Mungkin karena saya pelancong sejati, jadi setiap ada uang lebih maunya dipakai jalan-jalan keliling negeri. Mungkin karena saya perempuan, yang meskipun mandiri, kadang-kadang masih merasa: ah nanti saja diurus oleh suami.

Tapi, suatu saat saya menjadi saksi waktu tiba-tiba teman-teman di kantor menjadi korban pemecatan besar-besaran akibat harga komoditas yang turun tajam. Lalu di waktu yang lain, saya menyaksikan beberapa senior di tempat kerja setelah pensiun tiba-tiba jatuh melarat. Atau ketika saya melihat seorang tante saya yang dulunya hidup berkecukupan bersama suami yang mapan, akhirnya tiba-tiba bercerai.

Saya lalu tersadar, saya tidak mau tergantung pada anak saya nanti, tak juga mau bergantung pada suami, atau pada pekerjaan saya saat ini. Faktanya, tidak ada yang pasti di dunia ini, tak ada yang menjamin hidup akan terus berjalan mulus. Bila ingin hidup tenang di hari tua nanti, saya harus mempersiapkannya sendiri. Dan persiapan itu harus dimulai saat ini juga, justru saat saya masih produktif, masih bekerja, masih muda, belum berkeluarga, dan sedikit tanggungan.

Nah, beruntungnya hidup di jaman sekarang adalah akses kita ke berbagai pengetahuan yang semakin mudah. Jaman dulu kita mungkin hanya mengenal biaya pensiun dari pesangon perusahaan. Yang jadi pegawai negeri merasa sudah bisa hidup tenang dan ongkang-ongkang kaki, karena pensiun akan disediakan negara. Tapi coba tanyakan pada orangtuamu, pernahkah mereka betul-betul menghitung apakah uang tersebut akan cukup membiayai hidup nantinya? Kecuali orangtuamu adalah ahli ekonomi, jawabannya kemungkinan besar: tidak.

Saya beruntung bisa mengenal yang namanya financial planner di tahun-tahun awal saya bekerja. Saya memang tidak sampai menjadi klien, tapi paling tidak telah beberapa kali mengikuti talkshow tentang perencanaan keuangan dan sedikit-sedikit tentang investasi meskipun masih pemula.

Ilmu pertama yang saya dapat dan akan selalu saya ingat adalah bahwa inflasi itu ADA, dan kehadirannya adalah musuh bagi semua umat manusia yang berniat menabung untuk mempersiapkan dana pensiun. Faktanya, dengan inflasi 6 – 8% per tahun, setiap 10 tahun biaya hidup bahkan bisa naik jadi 2 kali lipat!

Dan memang itulah bedanya persiapan dana pensiun dengan tujuan keuangan lainnya, karena jangka waktu persiapan yang relatif panjang membuat kita harus berjibaku dengan inflasi. Musti pintar-pintar mencari instrumen keuangan yang return-nya seburuk-buruknya sama dengan inflasi, lebih baik lagi kalau sedikit di atas inflasi, dan boleh sujud syukur kalau nilainya jauh di atas inflasi.

Misalnya saja saya telah mulai mempersiapkan dana pensiun sejak umur 25 tahun. Saya berniat untuk pensiun di umur 55 tahun, katakanlah selama 20 tahun. Bila saya ingin hidup nyaman, yang berarti sudah meng-cover biaya hidup sehari-hari, biaya hobi traveling atau plesir, dan tentunya biaya kesehatan, saya butuh biaya hidup yang setara dengan Rp 10 juta saat ini, perbulannya nanti. Maka dengan inflasi sebesar 6%, berarti saya butuh total dana Rp 15,1 miliar! Angka yang fantastis bukan? Tapi kalau mulai dari sekarang, dengan asumsi return 20%, itu berarti saya “hanya” perlu menyisihkan Rp 960 ribu perbulan.

Kini setelah mengetahui jumlah tersebut, yang perlu dilakukan hanyalah disiplin dalam menyisihkan uang! Biasanya inilah bagian yang lebih susah. Trik untuk mereka yang kurang pandai menahan diri dalam belanja seperti saya adalah dengan menggunakan autodebit, lebih baik lagi bila segera setelah gajian, sehingga “beratnya” menabung bisa dikurangi, meskipun ini sebenarnya hanya trik psikologis belaka.

Pilihan instrumen yang bisa dipakai sebenarnya ada banyak dan semuanya tersedia di pasaran. Yang perlu dilakukan adalah mencari informasi dan menentukan yang sreg dengan kita. Saya sendiri merasa karena saya tidak berbakat menjadi wiraswasta, maka saya tidak memilih opsi membuka usaha. Saya juga tidak telaten, sehingga tidak betah bermain saham atau jual beli logam mulia.

Pilihan saya akhirnya jatuh pada produk reksadana saham, karena saya tidak perlu pusing memikirkan fluktuasinya, karena memang dana tersebut dipersiapkan tidak untuk diambil dalam jangka waktu dekat. Akan tetapi, karena sifat Reksadana yang fluid, saya telah tergoda beberapa kali untuk menarik uang tersebut sebelum waktunya.

Saat ini, saya tengah tertarik untuk migrasi ke BNI Simponi. Ini cocok buat saya dan mereka yang tidak mau tergoda untuk mengambil dananya sebelum betul-betul pensiun. Di sini, dana pensiun bisa diambil di umur 45 tahun ke atas, fleksibel baik dalam jumlah maupun frekuensi iuran, dan arahan investasi bisa ditentukan oleh kita sendiri sesuai paket investasi yang disediakan, jadi saya tetap bisa mendapatkan manfaat reksadana yang saya pakai sebelumnya.

Kelebihan lainnya yang juga saya lirik adalah iurannya yang fleksibel. Jadi misalnya ketika saya sedang ingin traveling yang butuh dana agak banyak, saya bisa absen setoran dulu. Interesting!

Yang pasti, saat pensiun nanti, meski rambut sudah memutih, saya masih ingin jalan-jalan keliling negeri dengan uang sendiri tanpa membebani sanak famili! :)


PS: Info lengkap BNI Simponi di http://bit.ly/BNI_Simponi