Rss Feed

bali-gili-LEMBONGAN, thru the shore.. (part LEMBONGAN)

 
Melanjutkan posting sebelumnya, inilah bagian terakhir dari perjalanan kami - setelah Bali, dan Gili Trawangan, yaitu NUSA LEMBONGAN part. Semoga bisa menambah referensi itinerary kalian :)


NUSA LEMBONGAN

Nusa Lembongan adalah pulau kecil di bagian tenggara Bali yang belum terlalu dikenal, tapi keindahannya sungguh patut dibandingkan. Nusa Lembongan merupakan salah satu pulau kecil dari deretan tiga pulau yang terletak di sebelah tenggara Bali, yakni Nusa Penida, Nusa Ceningan dan Nusa Lembongan. Alternatif bagus buat mereka yang mencari lokasi yang agak lengang selain Bali.

Lokasi Nusa Lembongan

Nusa Lembongan bisa dicapai dengan menggunakan perahu kecil atau kapal cepat yang bisa dipesan di travel agent atau tourist centre terdekat, yang berangkat dari pantai Sanur atau bisa juga dari pelabuhan Benoa. Jumlahnya memang tidak banyak dan frekuensinya belum terlalu sering karena Lembongan memang belum terlalu populer. Saya sendiri bertolak dari pantai Sanur menggunakan perahu kecil dengan 3 motor, yang menghabiskan sekitar 2 jam waktu perjalanan. Dan well, tidak seperti speed boat yang lebih nyaman, di perahu kecil seperti ini guncangan ombak memang lebih terasa dan sukses membuat saya oleng selama beberapa saat, hehe.

Perahu untuk Menyeberang Laut Bali ke Nusa Lembongan

Tapi semua langsung terbayar begitu perahu merapat di pelabuhan Jungutbatu. Pantai dengan pasir putih dimana-mana sepanjang mata memandang. Disini sebagian besar penduduknya hidup dari budidaya rumput laut, sehingga tepian pantainya tak banyak terumbu dan ikan hias melainkan hamparan rumput laut hijau. Di depan rumah-rumah penduduk juga akan banyak dijumpai rumput laut yang sedang dikeringkan. Tapi, rumput laut disini kebanyakan dari jenis yang bukan untuk dimakan lho, melainkan untuk diolah menjadi kosmetik. 

Nusa Lembongan's View

Hampir semua penginapan dan cafe disini menghadap ke pantai, sehingga sangat nyaman untuk makan dan bersantai ditemani angin laut. Penginapan disini juga jauh lebih murah dan bersih daripada di Bali. Untuk menyusuri pantai tentu paling nikmat bila berjalan kaki, tapi tersedia motor yang bisa disewa jika ingin menjelajah dan mengelilingi pulau.

Fancy Dining at the Beach

Karena laut di tepi pantainya digunakan untuk budidaya rumput laut, untuk snorkeling dan diving disini harus berperahu dulu sampai ke tengah laut. Bisa dengan menghubungi organizer-organizer yang ada (biasanya tersedia dari penginapan), atau jika sudah kenal dengan penduduk setempat bisa juga langsung menyewa perahu dari mereka. Diving disini juga cukup murah dan bisa ditawar, sayangnya karena kami hanya mampir disini sehari, kami hanya sempat snorkling dan belum sempat mencoba diving. Tapi kata dive-guide-nya, kita bisa melihat manta atau pari raksasa disini.

Menikmati Angin Laut

Oleh pegawai penginapan kami lalu dikenalkan pada pak Supri, yang akan menjadi nakhkoda perahu kami. Pak Supri ini umurnya sudah sekitar 50-an, sangat lugu, polos, dan sangat baik hati. Pak Supri bilang, sudah melaut sejak umur 10 tahun, jadi keamanan kami insya Allah terjamin. Kebanyakan pelaut disini sudah tahu spot-spot snorkeling yang paling bagus, jadi mereka yang akan mengantarkan kita kesana.

Me and Pak Supri, Siap Melaut

Dari Nusa Lembongan kami bertolak menuju 2 spot snorkeling yang sudah disepakati. Dan heyy, bila berperahu begini, cobalah duduk di bagian depan perahu. Disini, goncangan akan lebih sedikit terasa. Bukalah baju (untuk lelaki tentunya, hehe), duduk santai bersila, rasakan hembus anginnya menyapa wajah, hisap rokokmu dalam-dalam, dan pejamkan mata, rasakan sensasinya..

It's Just Me and the Blue Sea

Spot pertama cukup jauh jaraknya, hingga pulau Nusa Penida sudah tampak di seberang. Kami snorkling disini selama hampir sejam. Honestly, ini lah lokasi dengan terumbu karang yang paling indah yang pernah saya temui. Cantik sekali, bentuknya beranek ragam, dan yang paling menakjubkan adalah variasi warnanya yang berwarna-warni, apalagi dengan tempias siluet sinar matahari dari atas, heavenly..

Colorful Coral Reefs

Spot kedua letaknya lebih di tengah laut, hanya sedikit jaraknya dari hilir sungai. Disini terumbu karangnya dekat sekali dengan permukaan, sehingga bisa terlihat dengan jelas. Keanekaragaman terumbu karangnya lebih sedikit, dan lebih monoton warnanya, tapi kami banyak bertemu dengan ikan-ikan hias yang lebih besar ukurannya. Disini juga bisa dirasakan sensasi pertemuan arus air, sehingga ketika snorkeling bisa jadi merasakan berenang di air hangat, lalu pindah ke air dingin, dan seterusnya.

Snorkeling Like There's No Tomorrow :)

Notes: Selama 2 hari di Gili Trawangan dan sehari di Nusa Lembongan, yang juga merupakan tempat-tempat paling keren yang belum banyak diketahui orang, believe it or not, kami adalah satu-satunya turis local disana. Ini tentu bikin kami jadi bertanya-tanya, ada apa dengan dunia pariwisata kita, kenapa tempat eksotis seperti ini justru lebih well known di mata orang mancanegara daripada sama orang Indonesianya sendiri ya?



Sang Bapak dan Si Anak

 
Pernah nonton serial Parenthood? Saya, tanpa malu-malu, mengakui, hampir selalu sukses menangis dibuatnya. Kadang-kadang oleh beberapa adegan heroik orangtua, terkadang oleh adegan penuh haru, tapi lebih sering lagi hanya karena adegan sederhana yang memperlihatkan keindahan dan kemurnian hubungan orang tua dan anak.

Libur Lebaran kemarin kebetulan saya mendapat cuti – errrrr bukan kebetulan sebenarnya, lebih memaksa tepatnya, hehehe. Karena kalau tahun ini saya tak mudik lagi, maka saya akan resmi menjadi Mbak Toyib yang 3 tahun tak pulang-pulang.

Menyenangkan rasanya bisa melihat rumah lagi. Dan meskipun rumah kami kecil, sederhana, seadanya, dan terkadang berantakan (khususnya kamar adek saya yang seperti kapal pecah), ada aroma magis dari rumah yang tak akan tergantikan. Aroma familiar yang meskipun jauh dan lama tak bersua, terasa tak pernah asing di pancaindera.

Dan yeah, banyak hal berubah, atau bertumbuh tepatnya. Adik-adik tumbuh dengan cepat dan drastisnya. Aku bahkan selalu sukses dibuat takjub oleh kecepatan tumbuh mereka. Dan orangtua semakin menua. Gurat-gurat letih makin banyak menghiasi wajah mereka, rambut semakin beruban, pergerakan yang semakin terbatas, dan meskipun sangat sedih mengakui ini, mereka nampak jauh lebih tua dibanding kali terakhir melihat mereka.

Tapi ada satu hal yang mengganggu. Adek saya yang berumur 18 tahun, duduk di bangku SMA tahun terakhir, satu-satunya cowok – kini makin sering berkonfrontasi dengan sang bapak. Pertengkaran mereka terjadi nyaris tiap hari, yelling each other, saling mematahkan pendapat masing-masing, tak pernah sepakat, dan membuat satu rumah pusing dibuatnya. Si anak selalu melawan apa yang dititahkan sang bapak, dan sang bapak selalu menganggap si anak tak punya respek pada orang tua. Kenyataannya toh mereka berdua sama-sama keras kepala, jadi tak pernah ada situasi seiya sekata.

Saya sudah berusaha memperbaiki suasana dengan berbicara pada masing-masing mereka, yang dengan suksesnya langsung dibantah. Sepertinya tak ada jalan bagi mereka untuk berbaikan sama sekali. Tapi lalu ini membuatku berpikir lagi, betapa situasinya sama persis dengan yang saya alami delapan tahun lalu (Hell yeah its been that long!).


Saya ingat sekali, dulu hubungan saya dengan bapak saya pun tak pernah baik. Beliau di mata saya, tak lebih dari sosok bapak yang darah tinggi dan super kolot. Beliau gampang sekali marah, gampang sekali disulut oleh kesalahan-kesalahan kecil yang kami lakukan. Super kolot, karena tak membiarkan anaknya bermain bebas dan mengeksplor hal-hal baru, melarang anaknya berpacaran (yang selalu sukses saya sembunyikan, haha), serta menuntut kami seperti mesin belajar. Itulah sebabnya saya begitu kebelet ingin meninggalkan rumah dan menuntut ilmu ditempat yang jauh, semakin jauh semakin baik, dimana saja yang penting bukan dirumah.

Berbekal prestasi akademik yang baik, saya akhirnya bisa melanjutkan sekolah ke SMU bergengsi di luar kota. Lulus SMU saya melanjutkan lagi kuliah di Bandung. Jauh dari rumah membuat saya hidup secara bebas, bebas mengontrol hidup saya sendiri, menjalani kehidupan yang sejak dulu diinginkan. Selama menuntut ilmu di luar kota ini, saya hanya pulang ke rumah satu-dua kali setahun. Selama jauh inilah, ada banyak hal yang baru saya pahami tentang orang tua saya. Hal-hal yang luput dari perhatian saya selama ini.

Saya baru menyadari bahwa selama ini orangtua saya menyimpan kepercayaan yang begitu besar pada saya. Dan apa yang saya maksud kepercayaan disini adalah benar-benar kepercayaan, bukannya harapan. Mereka percaya bahwa saya akan menuntut ilmu dengan baik, percaya bahwa saya akan menjaga diri dengan baik, percaya bahwa saya akan menjaga kepercayaan mereka. Begitu besarnya kepercayaan ini, sampai mereka membiarkan saya mengambil keputusan-keputusan besar dalam hidup saya, dan mempercayainya. Percaya bahwa saya sudah cukup dewasa untuk bertanggung jawab pada pilihan yang saya buat.

Just watch this. Ketika saya telah keterima di PMDK Undip dan orangtua telah membelikan tiket ke Semarang, saya tiba-tiba tanpa angin tanpa hujan tanpa petir tanpa badai, ingin mencoba SPMB ke ITB. Mereka terbengong-bengong memang, tapi lalu menyerahkan semuanya ditangan saya. Dan demikianlah PMDK Undip tersebut akhirnya saya tolak (mohon maaf adik kelas yang jadi diblacklist oleh Undip, hihi), dan dengan mantap saya mengikuti SPMB. Alhamdulillah lolos.

Watch this again. Mahasiswa lain biasanya dikirimin jatah uang bulanan oleh orang tuanya. Orangtua saya memberikan rekening utuh yang telah mereka tabung bertahun-tahun lamanya, untuk saya pakai. Rekening itu bahkan atas nama saya sendiri. Mereka tak pernah menentukan batas uang yang boleh saya habiskan tiap bulannya. Saya hanya perlu bilang, telah ambil berapa dan untuk apa (yang sebagai mahasiswa, saya banyak bohongnya, hehe). Dan kami bukan dari keluarga berkecukupan, jadi jelas ini membutuhkan usaha yang tidak sedikit buat beliau.

Selain kepercayaan-kepercayaan berlimpah ini, yang membuat saya sangat nyaman menjalani hidup di perantauan, mata saya pun terbuka pada banyak hal yang entah kenapa baru terlihat begitu jelas setelah kami berjauhan. Kasih sayang orang tua. Terkadang jarak justru membuat segalanya tampak lebih jelas, bukan? Sesuatu yang sudah berada disana sejak dulu kala, tapi karena begitu dekatnya, begitu seringnya melihatnya, sampai justru luput dan terabaikan.

Dan hey, orangtua pun berubah. Mereka pun entitas yang tak kebal waktu. Jika menjadi orangtua yang baik sifatnya tentatif, maka berusaha untuk menjadi orangtua yang baik adalah sesuatu yang hampir absolut sifatnya. Mereka pun berevolusi, belajar dari kesalahan, instropeksi, dan merenung. Mungkin ada waktunya mereka khilaf, tapi mereka pun tak akan berhenti menyesal. Kalau kita mau berpikir lebih jernih, kesalahan mereka tak akan lebih dari seujung kuku kasih sayangnya. Dan jika kita sudah berhasil melihat ini, maka niscaya kita akan merindukan mereka lagi. Seperti yang saya rasakan.

Love Lives On - by Nova, the youngest sista

Oleh sebab itu, saya percaya, si adek mungkin butuh jarak itu. Tak pernah adil dan tak pernah ampuh, memaksa remaja penuh gejolak amarah untuk mengerti semuanya. Biarkan ia meresapi prosesnya, biarkan ia menyaksikannya sendiri. Suatu saat matanya akan terbuka.


NB: Hey, bukan salahku kalau kami berdua begitu mirip tabiatnya, it’s in our blood.



bali-GILI-lembongan, thru the shore.. (part GILI)

 
Melanjutkan posting sebelumnya, silakan dibaca, bagian kedua perjalanan setelah Bali, yaitu GILI TRAWANGAN part, dan siapa tahu bisa sekalian menambah referensi itinerary kalian :)


GILI TRAWANGAN

Perjalanan Bali-Lombok sekarang paling gampang ditempuh dengan fast boat atau kapal cepat. Tiketnya bisa didapat di agen-agen perjalanan, tourist centre, atau organizer lepasan (hampir semua orang Bali bekerja serving the tourists). Kalau lancar, perjalanan bisa ditempuh dalam waktu 2 jam. Nah, selama perjalanan ini, cobalah untuk naik ke atas dek kapal. Nikmati hamparan laut biru bersih sejauh mata memandang. Nikmati angin kencang yang menghembus damai. Nikmati curahan sinar matahari yang membakar kulit. Nikmati pemandangan lumba-lumba yang berloncatan mengiring mengejar ombak. Nikmati semuanya.
  
Seeping the Sea Breeze

Getting Loose on Top Deck

Gili Trawangan adalah pulau kecil bagian dari gugusan pulau Lombok. Pulaunya berbentuk memanjang. Laut, pantai, kafe, jalan utama, penginapan, begitu seterusnya dari ujung ke ujung. Transportasi utamanya adalah sepeda yang bisa dirental dengan harga sangat murah dan andong kuda yang disini disebut cidomo. Penduduknya ramah-ramah, dan senang diajak bicara (well, ini sih memang karakteristik orang Indonesia yah?). Bar dengan segala jenis minuman dan cocktail mocktail bertebaran dimana-mana, jadi tak perlu bingung mencari alkohol (hahaha..). Hiburan yang lain, juga ada café yang menyediakan bilik dan TV kecil lengkap dengan pilihan DVD untuk disewa dan layar tancap yang bisa ditonton dengan berbaring di pantai.

The Incredible Gili Trawangan Island

I Want to Ride My Bicycle :)

This is Cidomo!

Hotel paling luxurious dan pastinya paling mahal di sini adalah Villa Ombak. Tapi jangan khawatir, low priced inns juga banyak pilihan seperti di Poppies kok. Di Villa Ombak, kami menginap di sebuah kamar yang unik banget. Kamarnya berbentuk kayak lumbung masyarakat setempat, terdiri dari 2 lantai: bedroom di lantai atas, yang langsung dibawah atap rumbia, dan teras dengan bed menghadap ke hamparan langit luas untuk berbaring menatap bintang. Di lantai bawah yang dipisahkan tangga kayu, terdapat beranda dengan bed luas untuk bersantai dan ayunan untuk tidur siang di bagian depan. Di bagian belakangnya terdapat kamar mandi terbuka, I mean, benar-benar terbuka. Selain dinding utama, tak ada sekat sama sekali. Disinilah untuk pertama kalinya saya merasakan mandi di alam terbuka. But this is surprisingly cool! Jadi pengen punya rumah yang unik dan benar-benar fungsional kayak gini! Hehe..

Isn't This Amazing?

The Lumbung Hut Interior

The Open Bathroom

What’s great about Gili Trawangan adalah pantainya yang indah, biota lautnya yang cantik, yang bahkan sudah bertebaran di jarak 5 meter dari mulut pantai. Disini snorkeling tidak harus ke tengah laut dengan berperahu, tinggal langsung berenang dari pinggir pantai. Disinilah saya pertama kali belajar snorkeling dan langsung jatuh cinta. Takjub, karena percayalah, dunia bawah air itu kereeen. Momen terbaik snorkeling di Gili Trawangan: berada di antara jutaan ikan kecil biru menyala yang sedang migrasi dalam kecepatan tinggi, yang sempat bikin saya merasa berada di antara letusan kembang api tahun baru, hehe. Momen lainnya adalah waktu mengejar penyu besaaaar, menatap dari dekat siripnya yang berenang dengan sangat anggun, dan mendengarkan sengauannya yang menggema di dalam laut. Kalau di pinggir pantai saja sudah indah, apalagi di dalam lautnya, sayang sekali belum sempat diving di sini, padahal cukup banyak fasilitas selam disini.

Castaway Mermaid

Go Dive the Blue Sea!

Chasing Away the Sea Turtles

Disini kami sempat berkenalan dengan seorang ibu yang super baiiiiiik. Beliau sudah berumur, mungkin sekitar 50-an, sangat ngemong, dan she smells just like my granny! Si ibu ini dengan baiknya membuatkan kami plecing kangkung dan ayam kampung goreng. Plecing kangkung buatan orang lokal, hmmmm tak terkalahkan rasanya. Saya bahkan sampai tambah nasi 2x! Hihi.. Sayangnya belum sempat merasakan ayam taliwang karena ternyata pembuatannya butuh waktu agak lama, sedangkan kami datang mendadak. Si ibu ini, bukan hanya a home-cooked chef yang hebat, tapi juga sangat lucu dan punya banyak stok petuah yang menenangkan jiwa. Kami seketika langsung dekat dan merasa seperti jadi anaknya sendiri. Glad to know her :)

The Famous Plecing Kangkung

Di pinggir pantai Gili Trawangan terdapat penangkaran penyu. Disini dipelihara anak penyu dalam dua kolam kaca kecil. Sayangnya waktu kesana tidak pas dengan pelepasan anak-anak penyu ini ke alam bebas. Penyu cilik disini boleh dilihat, dipegang, dielus, dipegang dalam tangan, dan diajak berfoto, tapi tidak boleh terlalu lama karena bisa membuat mereka kehabisan nafas. Ada juga kotak sumbangan bila ingin menyumbang dana untuk konservasi penyu.

Gili Trawangan Sea Turtle Conservation

Look at Those Cute Sea Turtles!

Satu momen yang tak boleh terlewatkan di sini adalah menikmati sunsetnya yang indah. Bersepedalah terus ke arah barat sampai ke ujung pulau. Saksikan sunset yang berwarna gradasi nyaris merah dan resapi suasana syahdunya. Kalau ingin atmosfer yang lebih wild bisa singgah di beberapa bar yang ada dan get loose :)

Us Waiting on the Sunset

The Bautiful Sunset Gradation

That's it for Gili Trawangan part! :)
Masih ada satu lokasi pemberhentian kami berikutnya yaitu Nusa Lembongan yang tak kalah indah tapi belum cukup termahyur..



Judgement & Prejudice..

 
Membaca sebuah post dari teman tentang campaign against bullying:

"A 15 years old girl holds hands with her 1 year old son. People call her a slut, no one knows she was raped at 13. People call another guy fat. No one knows he has a serious disease causing him to be over weight. People call an old man ugly. No one knew he had a serious injury to his face fighting for our country in the war. Re-post if you're against bullying and stereotyping... – posted by Riza Natasya Bukit”

Menyedihkan. How destructive it is..

Eyes Might Be Deceiving, huh?

Tapi sebenarnya menurut saya masalah utamanya bukan di bullying itu sendiri. Bullying adalah bentuk eksekusi dari hasil pemikiran manusia. Akar masalahnya terletak pada bagaimana sudut pandang kita melihat orang lain, dan menghakiminya seketika hanya dari tampilan luarnya. Judgement dan prejudice adalah biang kerok utamanya.

Judgement = menghakimi. Prejudice = prasangka. Keduanya saya yakini sebagai kejahatan pikiran paling tinggi abad ini. Keduanya terdengar lebih simpel dari bahaya yang sebenarnya. Mereka jahat karena judgement dan prejudice melahirkan tendensi. Tendensi menghasilkan eksekusi. Tendensi buruk menghasilkan eksekusi yang bisa lebih buruk.

Sadisnya judgement dan prejudice ini tercapture dengan sangat baik dalam buku ‘To Kill A Mockingbird’. Bacalah. Ini bukan buku yang indah, bukan buku dengan ending yang menyenangkan, tapi bisa membuka mata bahwa sungguh manusia tak berhak menghakimi manusia lain, hanya karena hal-hal sepele yang tidak mencerminkan diri yang sebenarnya.

Warna kulit, berat badan, make-up, gender, ukuran, dan dandanan kita, bukanlah kita yang sebenarnya. Mereka hanya kulit yang melapisi bagian dalam yang paling penting, yang menggerakkan kehidupan, yang menentukan seberapa besar nilai kita sejatinya – yaitu hati, otak, dan jiwa manusia. Memang lebih mudah menyimpulkan hanya dari luar, memang lebih cepat menilai hanya dari tampilan luar, tapi yang demikian hanya menunjukkan rendahnya akal kita. Luangkan sedikit waktu untuk mengenal lebih jauh, kita akan sadar nilai mereka yang sebenarnya. Jika tak ada kesempatan untuk mengenal lebih jauh, maka berhati-putihlah, berbaik-sangkalah.

Karena mata bisa membuat orang tersesat. Karena orang yang tampak baik bisa jadi manusia paling jahat. Orang yang nampak mengerikan bisa jadi nyatanya seputih malaikat.

Karena,, siapa saya, siapa anda, siapa kita, berhak menghakimi orang lain. Kita tak pernah tahu apa yang sesungguhnya terjadi, kita tak pernah tahu apa yang telah mereka lewati. Sepatah kata yang salah bisa menggoreskan luka menganga. Setitik tindak yang tak bijak bisa membunuh semangat hidup.


Don’t judge. Just dont judge. We dont know what they’ve been thru..


BALI-gili-lembongan, thru the shore.. (part BALI)

 
My last holiday was super fun! Liburannya sendiri sebenarnya bulan Mei 2011, tapi baru sekarang sempat ditulis dengan lengkap. Jadi, silakan dibaca, bagian pertama adalah BALI part, siapa tahu bisa sekalian menambah referensi itinerary kalian :)


BALI

Hari pertama di Bali, tiba di Bandara Udara Ngurah Rai, siang hari. Salah satu hal yang paling menjengkelkan di bandara ini adalah ketiadaan taxi argo. Untuk saya yang ber-IQ jongkok dalam hal arah, tidak bisa mengingat jalan, dan tidak bisa menawar ini, - taxi borongan adalah bencana besar (oke, ini lebay). Berkat trik seseorang yang kami temui disana, kami akhirnya jalan kaki keluar dari bandara sekitar 200m untuk kemudian menyetop taxi argo blue bird yang terpercaya.

Ngurah Rai

Setelah makan siang, rental mobil, dan menjemput teman-teman lain yang datang menyusul kemudian di bandara, waktu sudah sore dan lokasi terdekat yang bisa didatangi adalah Kuta. Pantai Kuta ini, meskipun sekarang sudah terlalu padat pengunjung, yang juga berarti jadi lebih kotor, lebih berisik, dan sudah tak seindah dulu,,, tetap saja rasanya tak ke Bali jika tak singgah di pantai Kuta. Apalagi juga tak makan waktu karena jaraknya yang hanya selemparan dari wilayah Poppies. At least, kita masih bisa menikmati sunsetnya yang tak pernah berkurang indahnya.

Crowded Kuta Beach

Bagi yang gemar belanja, pastikan singgah di Discovery Mall dan Kuta Square. Kawasan belanja yang pewe' banget, dimana surf wear shop segala merk bertebaran dimana-mana. Kalau capek, tinggal nongkrong di tangga batu. Kalau haus tinggal nongkrong di cafĂ©-cafĂ© nyaman yang banyak tersedia. Jangan lupa cek toko yang sedang diskon, pasti bisa dapat harga miring (meskipun yang namanya surf wear tetep aja mahal, hihi). Salah satu cafe favorit disini adalah Dulang Cafe di Kuta Square yang makanannya two thumbs up! Very scpicy dan kaya bumbu. (Dan hey, gw ketemu Krisdayanti sama Raul Lemos loh disana – gak penting, haha).

Discovery Mall

Dulang Cafe

Yang namanya wilayah Kuta Legian itu sebenarnya luasnya bisa dikelilingi dalam setengah jam. Tapi karena sekarang makin padat, dan sering ada perbaikan infrastruktur, jalan-jalannya jadi sering macet. Pasti males kalau sedang libur dan ketemunya macet lagi kan? Jadi sebenarnya paling nyaman, bisa motong jalan lewat jalan tikus, dan anti macet - adalah dengan rental sepeda motor. Biasanya selain disediakan oleh tukang rentalnya langsung, juga disediakan oleh inn/penginapannya. Harganya juga murah meriah, 50ribu sehari atau bisa lebih murah kalau pintar nawar.

Kuta Legian Map

One of my favorite things living in Bali adalah karena sepertinya benar-benar tempat paling santai di dunia. No safety shoes, no high heels, and hell yeah, flip flop is a must! Bebas pakai baju apa saja, bahkan nyaris bugil sekalipun, boobs & ass are all around, and no one cares.. Kulit benar-benar gosong (bahkan meskipun sudah pakai Banana Boat SPF50), and I don't care karena disini gosong itu sexy, hahahaha..

Loose wear is a must :)

Dari banyak pantai di Bali, yang paling terkenal untuk water sportsnya adalah Tanjung Benoa. Disini hampir semua jenis watersport tersedia, dari parasailing, banana boat, jetski, fly fish, glass bottom boat, snorkeling, diving, dan sea walker. Parasailing adalah terjun payung versi mini, dimana parasut kita ditarik oleh speed boat untuk melakukan trip putaran pendek. Fly fish hampir sama dengan parasailing, hanya bedanya disini kita tidak pakai parasut tapi tangan dan kaki diikat di landasan balon udara pipih berbentuk ikan. Banana boat tentunya sudah terkenal, 5-6 orang duduk di balon udara berbentuk pisang kemudian ditarik oleh boat dan dijatuhkan ke air untuk mendapatkan sensasinya. Glass bottom boat, untuk mereka yang tak mau basah tapi tetap ingin menyaksikan ikan-ikan bawah air di kapal yang alasnya dibuat dari kaca. Jetski, mengendarai jetski di laut, paling seru bila menabrak ombak besar, bagi yang belum profesional harus ditemani pengawas (safety rules). Snorkeling adalah berenang di permukaan air dengan menggunakan snorkel, untuk melihat hewan laut dan terumbu karang yang dekat dengan permukaan air. Diving, adalah menyelam dengan menggunakan tabung oksigen, fins, dan alat selam yang lebih kompleks, serta membutuhkan pelatihan terlebih dahulu. Seawalker adalah menyelam hingga elevasi dasar laut, menggunakan tutup kepala mirip astronot. Snorkeling, diving, dan sea walker – karena area tepi pantai yang agak padat, bisa dilakukan agak jauh dari pantai dengan mengendarai perahu terlebih dahulu. Jadi, silakan pilih watersports yang sesuai dengan kesukaan anda, akan lebih seru jika dilakukan secara ramai-ramai tentunya. Tapi karena pantainya memang ramai pengunjung dan ada banyak water sports provider, jadi lalu lintas di lautnya juga agak crowded. Disini saya sempat mencoba semuanya (lagi), kecuali glass bottom boat dan seawalker.


Me Excitingly Parasailing

Mostly pantai-pantai di Bali yang sudah terkenal kayak Kuta, Sanur, dan Jimbaran memang sudah tak terlalu indah. Harus coba alternatif lain yaitu ke private beach kalau mau mencari suasanya yang lebih sepi, lebih indah, tapi memang konsekuensinya harus bayar extra entrance fee yang tidak sedikit. Kemarin berkat rekomendasi seorang supir, kami berhasil menemukan Nammos Beach Club yang terletak di Karma Kandara. Pantainya luar biasa indah, bangunannya dibangun dengan cita rasa arsitektur yang tinggi, dengan pemandangan yang menakjubkan. Pantai ini lokasinya di bawah tebing super terjal, dan disediakan 2 alternatif jalur masuk dan keluar. Pertama adalah lewat jalur gratis, yaitu dengan menuruni tangga batu, tapi bayangkan betapa tersiksanya perjalanan pulangnya. Bisa dibilang jalur pertama ini hampir mustahil dilakukan (hahaha, lebay). Jalur kedua, adalah dengan menggunakan semaca, tram atau lift yang namanya inclinator, dengan fee masuk sebesar 250rb, dimana 100rbnya akan dikonversi menjadi voucher makanan yang bisa dibelanjakan di pantai. Pantai yang satu ini sepertinya pantai yang benar-benar untuk santai, berjemur, menikmati ombak, and doing nothing. Definitely not for surfer karena ombaknya yang tidak terlalu besar. Definitely not for snorkeler and diver, karena terumbu karang dan ikannya tidak terlalu bagus (saya sempat snorkle 2 putaran). Di tepi pantainya disediakan bilik-bilik yang super nyaman untuk bersantai, dan sebuah bar besar yang menyediakan makanan dan minuman, lengkap dengan DJ-nya.

The Incredible Nammos Beach Club
Me Right Before Going Down to the Beach

Super Cozy Beach

Inclinator to Go Down
  
Café yang paling keren di Bali, bisa dipastikan adalah Rockbar cafe, yang untuk mencapai kesana jalannya cukup panjang dan berliku-liku. Café ini adalah bagian dari hotel Ayana, yang memang hotelnya kaum borjuis kasta paling tinggi (saking mahalnya), tapi jangan kuatir, siapapun boleh masuk kesana, tanpa dikenakan biaya tambahan. Perjalanan masuk dari tempat parkir ke cafenya sendiri sudah menyenangkan, karena bisa sambil menyaksikan arsitektur hotel dan landscape tamannya yang luar biasa indah (someday kalau mampu, harus bisa merasakan menginap disini ahhh). Tapi kejutan terbesarnya adalah saat turun dari tram, dan menyaksikan dengan mata kepala sendiri keindahan alam yang fantastis, yang dipoles dan diretouch oleh karya manusia. This café is totally cool, cafe yang berada pas di antara karang-karang maha besar dan indah, dirancang dengan super cozy, dan cuma jual cocktail dan teman-temannya, yang harganya bisa dipastikan 5x lipat harga café biasa. Tapi tak akan menyesal berada di tempat yang kata orang Bali's Best Bar ini, gotta try!

Hell Yeah, this is Rock Bar!

Jimbaran, dari dulu sudah terkenal akan makanan lautnya yang lezat, jadi pastikan singgah untuk makan malam di sini paling tidak sekali. Kita bisa memilih langsung sendiri ikan atau udang atau kepiting atau kerang atau sajian lainnya. Makan seafood di tepi pantai, ditemani angin laut yang sepoi-sepoi, apalagi bersama pasangan atau sahabat-sahabat terdekat pasti jadi pengalaman tak terlupakan. Hiburan tambahan lainnya yang tak ada di tempat lain adalah hiburan dari sekelompok pengamen yang skillnya luar biasa, yang terdiri dari 4 orang: seorang gitaris kopong, gitaris merangkap vokalis, basis betot besar, dan pemain jimbe. Meskipun namanya pengamen, tapi kita akan mendapatkan hiburan kelas tinggi dari kelompok ini, harmoni suara yang pas dan suara sang penyanyi yang mendayu-dayu. Kita bisa memanggil mereka untuk datang ke meja, dan merequest lagu-lagu. Playlist mereka luar biasa banyak, hampir segala genre, dan hebatnya sang vokalis hapal semua di luar kepala! Definitely akan melengkapi malam kita yang menyenangkan..

Fancy Dinner on Jimbaran Beach

Us Starving For Seafood Dinner

the Amazing Jimbaran Musician

That's it for Bali part! :)
Nantikan post selanjutnya untuk part Gili Trawangan dan Nusa Lembongan yang tak kalah indahnya..

Expertise..

 
If you can pick a choice, being talented on one thing only but you’re damn good at it, or being such a real multitalented person but no one thing you are expert in, which one will you choose?

Saya, merasakan sendiri menjadi orang jenis kedua itu. Saya bisa melakukan hampir segala jenis.

Saya bisa bermain gitar… Saya bisa bernyanyi dengan sangat baik... Saya pernah setahun belajar bermain piano dan keyboard... Saya bisa memainkan harmonika, rekorder, dan suling… Saya pernah bergabung dalam tim marching band memainkan snare drum…

Saya bisa bermain voli... Saya masih bermain basket dengan rutin... Saya pernah menjuarai turnamen squash... Saya dulu sering main tennis meja kala kuliah... Saya bisa melakukan wall climbing dengan cukup baik... Saya pernah rutin melakukan aerobik... Saya bermain bulutangkis sejak kecil... Saya sempat belajar tennis lapangan... Terkadang saya juga bermain futsal, fitness, dan jogging...

Di waktu senggang saya bermain DoTA... Saya kini bisa memasak dengan cukup baik... Saya pernah mengalahkan para pria di turnamen air soft gun... Saya bisa bermain kartu dan bridge... Saya bisa bermain billiard... Saya bisa bermain catur... Saya mengerti dasar dan basic fotografi... Saya menikmati snorkling di kala libur... Saya cukup mahir melakukan diving...

Saya bisa menari dengan baik, tari tradisional, sedikit balet, dan tari kontemporer... Semasa kuliah saya aktif melukis untuk konsumsi sendiri... Saya sempat mencari duit dengan mengikuti lomba menulis... Sejak kecil saya mencintai karya tulis ilmiah dan statistik… Saya seringkali menjuarai lomba mengarang prosa dan puisi…

Dulu semasa sekolah nilai saya selalu memuaskan di semua bidang pelajaran, dari sains, sosial, dan olahraga… Semasa kuliah saya mengambil jurusan teknik industri dimana saya belajar semua aspek mulai dari ekonomi, mesin, fisika, statistik, psikologi, bisnis, komputer... Setelah lulus saya bekerja di konstruksi dimana saya mendalami civil, machine, piping, dan listrik...

Well, there’s nothing that I can’t do apparently. Tapi sebenarnya, tak ada sama sekali bidang di atas yang benar-benar saya tekuni hingga menjadi expert. Dan kalau ditanya apa bakatmu sebenarnya, saya justru tak bisa menjawab sama sekali. Saya ini tipe orang yang suka belajar, I guess. Saya menikmati proses belajar dan mendalami hal-hal baru. Saya selalu antusias menemukan hal-hal yang unik dan baru. Tapi setelah saya bisa melakukan sesuatu, antusiasme ini hilang. Saya tak lagi tertarik mendalami. Saya tak lagi menemukan tantangan.

Tapi katanya, orang sukses adalah orang yang mencintai dan bisa mendalami suatu bidang sampai mahir. Dan bahwa kemampuan yang setengah-setengah tak akan membawa kita kemana-mana, atau ke pencapaian yang luar biasa. Saya sendiri selalu penasaran bagaimana rasanya bisa benar-benar mahir dalam sesuatu. Yang jadi pakar, ahli, dan master, yang jadi tempat belajar dan bertanya orang-orang. How is it like? Pasti gagah jika diundang berbicara di seminar membawakan satu bidang expertise.

Dan heyyy, coba perhatikan di reality contest yang banyak di TV saat ini. Apakah mereka yang menang American Idol dan sukses jadi penyanyi adalah orang yang hanya setengah mampu bernyanyi? Tidak, mereka bernyanyi dengan spektakuler. Apakah mereka yang memenangkan Masterchef adalah mereka yang diwaktu belajar memasak setengah-setengah? Tentu tidak, memasak adalah passion terdalam dan cita-cita mereka. Apakah mereka yang memenangkan Got to Dance adalah orang yang belajar menari dengan setengah-setengah? Sama sekali tidak, mereka mencintai, mendalami, berlatih, berlatih, dan berlatih. Apakah juri dan penonton peduli misalnya, jika ada peserta Masterchef yang selain bisa memasak juga bisa menyanyi dan menari? I dont think so. Yang mereka mau lihat adalah peserta yang memasak dengan dashyat, that’s all.

Mungkin someday, akan ada satu bidang yang kelak saya dalami. Kata orang, there must be one thing you’re good at. Doakan saja.


Teori Pertemanan..

 
Pernahkah heran, kenapa kita bisa sangat cocok dengan beberapa teman, tidak terlalu cocok tapi masih bisa menjalin persahabatan dengan beberapa teman, dan sama sekali tidak bisa berdampingan dengan beberapa teman lainnya?

Teori saya sederhana, karena kita semua berbeda. We're simply different. Diciptakan unik dengan kekhasannya. Juga kesukaan dan ketidaksukaannya. Penerimaan dan penolakannya. Dan kita semua punya rentangnya masing-masing, range of acceptance yang berbeda jenisnya, berbeda kutubnya, dan berbeda amplitudonya. Begini versi matematikanya.

Aku misalnya, punya range of acceptance yang cukup panjang, yang artinya: dapat menerima banyak tipe manusia, karakteristik orang yang berbeda-beda sebagai teman. Tidak terlalu panjang, karena saya pun tidak terlalu gampang langsung tune-in dengan kawan baru. Tapi juga tidak pendek, karena aku, secara personal, bukan tipe pemilih teman.

Jika himpunan karakteristik kawan ini berdistribusi normal, dengan kata lain sangat sedikit orang (approx.5%) yang berada di kutub esktrimnya, maka aku bisa membagi kedua kutubnya menjadi kutub (A) sifat ekstrim yang paling-akan-get-along-with-me, dan kutub (B) sifat ekstrim yang-paling-akan-saya-hindari-sebagai-teman. Dalam kasus saya, kutub (A) itu diisi oleh sifat-sifat yang merupakan value saya: jujur, dapat dipercaya, tidak ikut campur. Sedangkan di kutub (B) diisi oleh sifat-sifat yang merupakan pelanggar prinsip pertemanan, dalam kasus saya adalah para penjilat, dan backstabber.

Teori saya, isi kutub B tidak selalu oposisi kutub A. Sifat-sifat negasi A, selama tidak sama dengan B, masih dapat diterima karena masih berada dalam range of acceptance. Karena karakteristik seorang manusia mencakup berbagai jenis sifat yang complicated, maka mari kita simplify aturannya seperti ini.
  1. Seseorang dinyatakan tidak acceptable sebagai teman bila ada minimal satu sifatnya yang berada di kutub B.
  2. Sifat seseorang dikatakan acceptable sebagai teman bila tidak ada satu pun sifatnya yang berada di kutub B.
  3. Seseorang dinyatakan makin besar probabilitasnya menjadi teman baik, bila semakin banyak sifatnya yang berada di kutub A.
  4. Bila dalam kasus langka, dimana seseorang memiliki sifat di kutub A namun juga memiliki sifat di kutub B, maka mari kita sepakati bahwa kutub B akan memiliki daya tolak yang lebih besar dibanding daya tarik kutub B, maka sebagai konklusinya, kembali ke poin 1.
Begini versi grafiknya. 
Kurva Normal Prinsip Pertemanan - my version

Dan begitulah. Everyone is simply different. Tak perlu memaksakan jadi teman seseorang, atau jadi teman baik seseorang. Kita semua punya kompatibilitasnya masing-masing.


*Inspired by a backstabber friend, who indeed, reminds me that for me, some principles in friendship do exist.
*Heyyy, my statistical mind is back! Ohh how I missed analytical research..

If Life Is As Free As Hadza

Freedom, kalau kata wikipedia adalah free will, the ability to make choices. Freedom, seringkali diartikan sebagai kebebasan dari segala bentuk penjajahan, tapi dalam hidup manusia sekarang ini, bagian mana yang tidak bisa disebut penjajahan? Tak ada manusia yang bisa hidup sebebas yang mereka mau, karena suka tidak suka, kita hidup dalam aturan, dalam norma, dalam hukum yang mengungkung kita.

Dalam pelajaran PPKn semasa SD dulu, ada kalimat yang lazim: Jangan sampai kebebasan kita mengganggu kebebasan orang lain. Katanya, kita bebas mendengarkan musik sesuai selera kita, tapi jangan terlalu kencang hingga mengganggu tetangga. Lalu kalau begitu, apa kita masih bisa dibilang bebas? Apa ini bentuk kebebasan yang paling kita inginkan - kebebasan yang tidak terlalu bebas?

Sekarang coba tengok hidup ala suku Hadza berikut. http://nationalgeographic.co.id/featurepage/118/orang-orang-hadza/1

Orang-orang Hadza, taken from NGI

Bayangkan kehidupan mereka. Imagine living the way they live. Kata saya, ini mungkin salah satu bentuk kebebasan yang paling absolut yang ada di dunia saat ini. Saya sepakat dengan Michael Finkel, sang reporter yang bilang "Beberapa hal dari suku Hadza membuat saya iri, terutama kebebasannya yang saya lihat. Bebas dari keinginan untuk memiliki. Bebas dari sebagian besar tugas sosial. Bebas dari aturan keagamaan. Bebas dari banyak tanggung jawab keluarga. Bebas dari jadwal, pekerjaan, atasan yang menuntut, tagihan, kemacetan lalu lintas, pajak, hukum, berita, dan uang. Bebas dari rasa cemas. Bebas untuk kentut dan bersendawa tanpa harus minta maaf."

Do you feel like wanting such kind of life? I do. Khususnya untuk orang-orang yang benci dikekang seperti saya, hidup seperti ini pasti seperti hidup di surga. Free, as free as the most free we can be. Tapi kalau ditawarkan, untuk hidup seperti ini, will you?

Siapkah untuk menjalani hidup yang keras dan liar, menjelajah tanpa batas hanya untuk mencari makanan? Siapkah untuk meninggalkan semua hal-hal duniawi, target-target, dan keinginan manusia pada umumnya, which we used to have? Siapkah melepaskan keluarga, pekerjaan, agama, dan segala bentuk pengekangan?

Nyatanya, saya tidak siap. Kebebasan absolut yang menggiurkan itu ternyata harus diganjar dengan banyak sekali perubahan besar dalam hidup. Kita yang telah terbiasa berada dalam lingkungan bebas-yang-tidak-sebebas-bebasnya kemungkinan besar tidak akan sanggup menjalaninya. Kita, in fact, memang membutuhkan aturan, norma, dan hukum, sebagian karena kita secara harfiah memang membutuhkannya, dan sebagian karena kita telah terbiasa hidup dengannya.


PS: Imagining living the way they life is pleasant enough anyway :)