Rss Feed

All Those Missing Stuff


You’ll never know what you got till it’s gone,,, by Anonymous


Yup, bener-bener ga tau karunia apa yang sudah kita dapat sampai semuanya mendadak hilang. Disini dan di tempat ini mungkin memang waktu yang tepat untuk belajar mensukuri semua yang kita dapat, sesepele apa pun itu.

Dulu sering banget ngeluh kalo udara lagi panas-panasnya. Disini, saat matahari seperti enggan menyapa dan satu-satunya teman yang setia adalah kabut dan asap tipis saat bibir terbuka, kau akan merindukan betapa hangatnya mentari menyengat kulit. Miss the sunshine,,,

Dulu sering menganggap tempe makanan murah yang membosankan. Disini, saat semua yang terhidang di depan mata hanya daging, steak, burger, hotdog, dan spaghetti, kau akan merindukan betapa nikmatnya tempe dan segala gorengan murahan berminyak. Miss those food,,,

Dulu sering melihat air putih tak lebih sebagai pelega dahaga biasa. Disini, saat air putih menjadi langka dan menjadi rebutan di hero, kau akan melihat aqua sebagai barang mewah. Miss the aqua,,,

Dulu sering menganggap warung dan pedagang keliling ada karena demikianlah adanya dunia. Disini, saat hero adalah satu-satunya tempat belanja dengan harga selangit, kau akan menghargai mereka yang menjaja dagangan di kaki lima. Miss those people,,,

Really need to appreciate what you got before they’re gone,,, by Eva

Belajar Tersenyum



Apakah senyum itu? Sekedar lekuk bibir yang tercipta saat hati gembira. Tapi disini senyum juga memberimu teman, senyum menenangkan hati, memberimu bantuan saat kau butuhkan, dan membuat segalanya lebih indah.

Disini akan kau temukan banyak penduduk asli Papua yang berkeliaran dengan menenteng golok dan sabit. Mereka menyeringai sedih pada para pendatang karena tanahnya yang kaya dibabat habis dan engkaulah yang menikmatinya. Cobalah untuk tersenyum pada mereka dan mereka akan melihatmu sebagai teman yang berjuang hidup di negeri orang…

Disini akan kau temukan banyak pekerja yang lebih berumur bekerja sebagai bawahanmu. Mereka bekerja keras memastikan kau makan enak dan menyeberang jalan dengan aman. Mereka memungut sampahmu dan membuang tisu kotor dari toiletmu. Mereka mengepel lantai yang nantinya kau injak lagi dan mencuci piringmu yang nantinya kau kotori lagi. Cobalah untuk tersenyum pada mereka dan mereka akan memandangmu sebagai orang yang menghargai kerja keras mereka…

Disini akan kau temukan pria-pria dengan tatapan liar yang siap menelanmu dari ujung rambut hingga ujung kaki. Mereka haus akan pemandangan indah dan telah muak akan bau oli dan bising mesin. Cobalah untuk tersenyum pada mereka dan mereka akan menghormatimu sebagai wanita bermartabat dan bukannya sedang jual mahal…

Disini akan kau temukan banyak pekerja lain yang juga tertatih mengejar target perusahaan. Mereka lelah dengan beban kerja yang menumpuk dan depresi terhadap muslihat di tempat kerja. Cobalah untuk tersenyum pada mereka dan mereka akan memandangmu sebagai partner kerja yang simpatik dan senasib…

Disini akan kau temukan segala kegalauan, kekecewaan, dan kesepian. Mereka mencoba menggeliat keluar dan menghantam saat kau merasa lemah. Cobalah untuk tersenyum kepada mereka dan mereka akan membuatmu sadar bahwa kau tidaklah sendiri. Cobalah untuk tetap tersenyum dan mereka akan membuatmu sadar bahwa terkadang menjadi lemah bukanlah sebuah hal yang memalukan. Cobalah untuk selalu tersenyum dan mereka akan membuatmu menjadi orang-orang kuat yang tegar menghadapi dunia.


Tersenyumlah, dan dunia akan tersenyum kepadamu,,,


They’re Grown Up


Everybody knows, it hurts to grow up, but everybody does -Still Fighting It by Ben Folds


Pernah terkagum-kagum atas betapa cepatnya anak-anak tumbuh? I did. Waktu mudik kemaren, gw sempet shock sendiri ngeliat betapa adek-adek gw udah pada gede-gede banget.

Cuman setaon ditinggal, si Evi yang baru kuliah taon pertama uda mlebar ke samping yang dicurigai karna ketidakmampuannya menahan nafsu makan. Padahal taon kemaren, ni anak masih langsing semampai. Yang cukup bikin shock waktu si Davis, adek gw yang kelas 2 SMP nyambut gw. Busseeett, suaranya udah nge-bass bow! Yang bikin gw geleng-geleng lagi, dia skarang cuma mau jalan kalo pake baju yang mereknya ProShop doang, rambutnya uda polem gaya Ariel, trus uda punya pacar pula! Uhuuuuyyy! Adek gw udah jadi “pria” ternyata, hehehe..

Mau gak mau, gw juga mesti ngikutin perubahan ini dan memperlakukan dia just like the way he wants to be. Padahal kalau mau jujur, sang kakak ini agak gak rela juga sebenarnya. Soalnya 7 tahun ninggalin rumah dan cuma balik sekali setahun, the only picture of him remains on my head adalah Davis yang masih imut banget, yang sering gw gigitin pantatnya, yang selalu brebut chikie di kulkas, yang slalu nangis kalo denger guntur, yang…, yang…, yang sooooo yesterday dan gak bakal gw temuin lagi. Davis yang sekarang ya davis yang sudah mulei jerawatan, yang udah jarang di rumah karna maen sama temen-temen segengnya sampe magrib, Davis yang so grown-up.

Sekarang gw juga ngerti kenapa orang tua seringkali masih suka memperlakukan anak mereka seperti anak kecil (kayak gw yang diumur 20 tiap kali ditelpon masih rutin ditanya uda minum susu belom??). Cuz in their eyes, we’re still their lil kid…