Rss Feed

Tentang Mantan



...

Saya selalu heran dengan orang-orang yang bersikukuh untuk bermusuhan dengan mantannya pasca putus cinta. Entah itu dengan menghapus namanya dari contact hp, menghindar untuk bertemu, atau seandainya bertemu lalu membuang muka, membakar barang-barang peninggalan mantan (mulai anarkis), you name it. Mungkin tidak semua cerita bisa digeneralisir, tapi secara garis besar, saya pribadi, merasa hal-hal seperti ini tidaklah perlu. Marilah kita berantas tindak-tanduk generasi lebay semacam itu.



Pernah dengar pepatah Barat bahwa a dog will behave just like his man? Well, mungkin maksud sebenarnya adalah, seiring waktu, sadar atau tidak sadar, tingkah laku kita akan semakin menyerupai orang yang kesehariannya dekat dengan kita, atau dengan orang yang banyak menghabiskan waktu bersama kita. Tak jarang, saat kita menjalin hubungan dengan seseorang, terjadi pertukaran value dan kompromi. Yang namanya dua individu disatukan, mau tidak mau kita akan berusaha menerima, atau setidaknya bertoleransi dengan value individu masing-masing.

Nah, saya punya beberapa kisah unik tentang kebiasaan-kebiasaan mantan saya, tentang pertukaran value ini. Seorang mantan saya dulu, selalu misah-misuh kalau setelah makan di warung saya membuang abu rokok ke piring. Menurutnya, pada prinsipnya, piring merupakan tempat makanan, dan adalah penting untuk menghormati makanan. Dulu sih saya sering sewot dan merasa direpotkan, tapi ternyata semenjak itu, kini saya yang mengingatkan teman-teman saya untuk berbuat serupa.

Mantan saya yang lain membuat saya lebih dekat Yang Kuasa. Karena dia rajin sholat, saya akhirnya tak pernah absen diingatkan terus-menerus untuk tidak melewatkan sholat. Kalau sudah waktunya sholat, daripada saya bengong saya lalu ikut dia sholat. Begitu seterusnya sampai saya merasa bahwa sholat dan berkomunikasi dengan Tuhan adalah kebutuhan saya sendiri. Alhamdulillah yaaaahhh :)

Para mantan ini juga kalau diingat-ingat, tak jarang menjadi pintu kita untuk berkenalan dengan dunia lain yang selama ini mungkin tak akan kita jumpai sendiri. Saya sendiri, berkenalan dengan dunia komik, jatuh cinta pada diving, tergila-gila dengan basket, dan mengenal air-soft gun, berkat mereka. Mereka ini tanpa sadar ternyata sudah menjadi guru kehidupan kan ?

...

Dalam kasus saya, mereka bahkan mengajarkan hal-hal yang jauh lebih berarti, jauh lebih hakiki. Hal-hal dalam hidup yang mempelajarinya paling baik adalah dengan mengalaminya langsung, tak ubahnya seperti mereka yang harus jatuh dulu sebelum bisa naik sepeda. 

Pasca putus dengan mantan dari hubungan selama tujuh tahun, saya akhirnya menyadari bahwa sama sekali bukan durasi yang menjadi tolak ukur cinta sejati.

Sekali patah hati paling dashyat menyadarkan saya bahwa simply rahasia jodoh itu ada ditangan Yang Kuasa. Sekuat apapun kita berusaha, sekuat apapun kita menahannya, kalau Tuhan bilang tidak, ya apa mau dikata. Dan setelah berjibaku sekian lamanya dengan hati, here I am, ternyata saya baik-baik saja. Jadi saya belajar bahwa move-on itu susah, mungkin nangis darah, tapi pasti bisa. Been there, done that. Saya belajar jadi orang yang tidak memusingkan cinta, yakin sudah ada yang mengatur, yang akan memberi yang terbaik pada waktunya nanti.

Pernah sekali punya mantan yang jadiannya hanya beberapa saat pasca putus yang sebelumnya. And just like another story, that fragile girl fell into this man. Setelah putus, saya belajar banyak hal bahwa, jangan pernah memulai sebuah hubungan sampai hatimu benar-benar sudah siap memulai kembali, bahwa hati tak akan pernah bisa bohong, dan bahwa waktu selalu bisa membuka semua tabir. 
 
Tapi saya pun, - dan saya yakin juga most of you - pernah juga beberapa kali punya mantan yang setelah dilihat-lihat lagi, hanya bisa membuat saya berpikir "What the hell was I thinking? How could I?" Hahahaha... 

...

Jadi, kalau dibilang putus cinta itu meninggalkan luka, mungkin itu benar. Tapi bisa jadi mereka memberi hikmah dan pembelajaran yang jauh lebih banyak bagi kemajuan kita. Itulah sebabnya saya tak pernah menyesali putus cinta. Meskipun kita tak lagi berada dalam satu bahtera, bukan berarti kita harus bermusuhan, bukan? Jika kita pernah menjadi orang terdekat, kenapa sekarang harus jadi orang jauh dan asing? 

Ada pepatah twitter yang bilang: What begins with “I love you”, doesn't have to end with “I hate you”, just say “Thank you” and “Nice to know you”. Terima kasih untuk semua pembelajaran dan hikmah yang didapat bersama mereka, hingga saat waktunya nanti kita bertemu "the right one", kita sudah jadi orang yang lebih baik. Amiiin :)




PS: And someday someone will walk into your life and make you realize why it never worked-out with anyone else.