Sejujurnya, saya tak pernah berpikir terlalu serius tentang
dana pensiun sebelumnya. Mungkin karena dulu saya baru 3 tahun bekerja, dan
tengah menikmati merdekanya punya penghasilan sendiri. Mungkin karena saya
masih muda dan belum berkeluarga, sehingga merasa masih panjaaaang waktu untuk
memikirkannya nanti-nanti. Mungkin karena saya pelancong sejati, jadi setiap
ada uang lebih maunya dipakai jalan-jalan keliling negeri. Mungkin karena saya
perempuan, yang meskipun mandiri, kadang-kadang masih merasa: ah nanti saja
diurus oleh suami.
Tapi, suatu saat saya menjadi saksi waktu tiba-tiba
teman-teman di kantor menjadi korban pemecatan besar-besaran akibat harga
komoditas yang turun tajam. Lalu di waktu yang lain, saya menyaksikan
beberapa senior di tempat kerja setelah pensiun tiba-tiba jatuh
melarat. Atau ketika saya melihat seorang tante saya yang dulunya hidup
berkecukupan bersama suami yang mapan, akhirnya tiba-tiba bercerai.
Saya lalu tersadar, saya tidak mau tergantung pada anak saya
nanti, tak juga mau bergantung pada suami, atau pada pekerjaan saya saat ini. Faktanya,
tidak ada yang pasti di dunia ini, tak ada yang menjamin hidup akan terus
berjalan mulus. Bila ingin hidup tenang di hari tua nanti, saya harus
mempersiapkannya sendiri. Dan persiapan itu harus dimulai saat ini juga, justru
saat saya masih produktif, masih bekerja, masih muda, belum berkeluarga, dan
sedikit tanggungan.
Nah, beruntungnya hidup di jaman sekarang adalah akses kita
ke berbagai pengetahuan yang semakin mudah. Jaman dulu kita mungkin hanya
mengenal biaya pensiun dari pesangon perusahaan. Yang jadi pegawai negeri
merasa sudah bisa hidup tenang dan ongkang-ongkang kaki, karena pensiun akan
disediakan negara. Tapi coba tanyakan pada orangtuamu, pernahkah mereka
betul-betul menghitung apakah uang tersebut akan cukup membiayai hidup
nantinya? Kecuali orangtuamu adalah ahli ekonomi, jawabannya kemungkinan besar:
tidak.
Saya beruntung bisa mengenal yang namanya financial planner di tahun-tahun awal
saya bekerja. Saya memang tidak sampai menjadi klien, tapi paling tidak telah
beberapa kali mengikuti talkshow
tentang perencanaan keuangan dan sedikit-sedikit tentang investasi meskipun
masih pemula.
Ilmu pertama yang saya dapat dan akan selalu saya ingat
adalah bahwa inflasi itu ADA, dan kehadirannya adalah musuh bagi semua umat
manusia yang berniat menabung untuk mempersiapkan dana pensiun. Faktanya, dengan
inflasi 6 – 8% per tahun, setiap 10 tahun biaya hidup bahkan bisa naik jadi 2
kali lipat!
Dan memang itulah bedanya persiapan dana pensiun dengan
tujuan keuangan lainnya, karena jangka waktu persiapan yang relatif panjang
membuat kita harus berjibaku dengan inflasi. Musti pintar-pintar mencari
instrumen keuangan yang return-nya
seburuk-buruknya sama dengan inflasi, lebih baik lagi kalau sedikit di atas inflasi,
dan boleh sujud syukur kalau nilainya jauh di atas inflasi.
Misalnya saja saya telah mulai mempersiapkan dana pensiun sejak
umur 25 tahun. Saya berniat untuk pensiun di umur 55 tahun, katakanlah
selama 20 tahun. Bila saya ingin hidup nyaman, yang berarti sudah meng-cover biaya hidup sehari-hari, biaya
hobi traveling atau plesir, dan tentunya
biaya kesehatan, saya butuh biaya hidup yang setara dengan Rp 10 juta saat ini,
perbulannya nanti. Maka dengan inflasi sebesar 6%, berarti saya butuh total dana Rp 15,1 miliar! Angka yang fantastis bukan? Tapi kalau
mulai dari sekarang, dengan asumsi return
20%, itu berarti saya “hanya” perlu menyisihkan Rp 960 ribu perbulan.
Kini setelah mengetahui jumlah tersebut, yang perlu dilakukan
hanyalah disiplin dalam menyisihkan uang! Biasanya inilah bagian yang lebih
susah. Trik untuk mereka yang kurang pandai menahan diri dalam belanja seperti
saya adalah dengan menggunakan autodebit,
lebih baik lagi bila segera setelah gajian, sehingga “beratnya” menabung bisa
dikurangi, meskipun ini sebenarnya hanya trik psikologis belaka.
Pilihan instrumen yang bisa dipakai sebenarnya ada banyak dan
semuanya tersedia di pasaran. Yang perlu dilakukan adalah mencari informasi dan
menentukan yang sreg dengan kita. Saya sendiri merasa karena saya tidak
berbakat menjadi wiraswasta, maka saya tidak memilih opsi membuka usaha. Saya juga
tidak telaten, sehingga tidak betah bermain saham atau jual beli logam mulia.
Pilihan saya akhirnya jatuh pada produk reksadana saham,
karena saya tidak perlu pusing memikirkan fluktuasinya, karena memang dana
tersebut dipersiapkan tidak untuk diambil dalam jangka waktu dekat. Akan tetapi,
karena sifat Reksadana yang fluid, saya telah tergoda beberapa kali untuk menarik uang
tersebut sebelum waktunya.
Saat ini, saya tengah tertarik untuk migrasi ke BNI Simponi. Ini
cocok buat saya dan mereka yang tidak mau tergoda untuk mengambil
dananya sebelum betul-betul pensiun. Di sini, dana pensiun bisa diambil di umur
45 tahun ke atas, fleksibel baik dalam jumlah maupun frekuensi iuran, dan arahan investasi bisa ditentukan oleh kita sendiri sesuai paket investasi
yang disediakan, jadi saya
tetap bisa mendapatkan manfaat reksadana yang saya pakai sebelumnya.
Kelebihan lainnya yang juga saya lirik adalah iurannya yang fleksibel. Jadi
misalnya ketika saya sedang ingin traveling yang butuh dana agak banyak, saya bisa
absen setoran dulu. Interesting!
PS: Info lengkap BNI Simponi di http://bit.ly/BNI_Simponi
24 comments:
Coba baca buku 6 keranjang 7 langkah terbitan gramedia va, that help me a lot. ~iwan
wahhh gilaa.. ini inspiratif banget
Inspiratif dan memotivasi ni kak
Hmmm aku pernah denger tapi gak pernah baca bukunya sih. Sippp ilmu baru nih. Thanks!
Hehe makanya begitu nanti dapet kerja langsung nabung yeeee *smirk
Ayo bang Rioooo. Mulai sekarang mulai nabung2 juga biar tuanya tar tetep bisa traveling around the world :)
Udah terfikirkan kyk gni sih..tp dr dlu ga jln2..haha
Nice blog :)
Mangstappp
Sekedar sharing...jd awal masuk sebagai pns, agak kaget juga kalau ternyata di tunjangan gaji yg sy terima tiap bulan dari daerah (jumlah tunjangan berbeda tergantung daerah masing2), ada potongan 300rb...bagi saya lumayan banyak, karena ini hanya salah satu item potongan2, msh byk potongan lainnya (pajak, tabungan perumahan, asuransi kesehatan, dll ). Sy dan teman2 sangat mempertanyakan, ternyata usut py usut BKD (badan kepegawaian daerah) di kota saya berkreasi gimana caranya supaya PNS jika telah habis masa tugas bisa dapet duit pensiun seperti pegawai2 swasta, jadilah PNS dikota kami diikutkan program BNI life. Tujuannya agar saat pensiun kita2 nggak gigit jari, dana pensiun dapet plus perbulannya dapet duit pensiun perbulan dr pemerintah.
Kalau dipikir2 oke juga, jika sy panjang umur2 dan sehat selalu (aamiin), 22 tahun lagi akan pensiun...jadi tinggal dikalikan saja 22x12x300rb...tapi itu keknya cm sepertiga duit pensiunmu va...hahahahahhahahahahahahahahhahaha
Kalau reksadana di CommBank oke juga va, bisa online dan produknya cukup banyak. Tinggal pilih sesuai keinginan :-)
Hehe. Ayo jangan stuck sampai di tahap terpikirkan aja. The earlier the better. Time flies loh, hehe. Smangat! :)
Wuih, BKD-nya kreatif ya Liv. Keren. Meskipun harusnya disosialisasiin ke PNSnya biar gak pada bingung, hehehe.
Wah brarti Livia tar dana pensiunnya dobel yah. Belom yang dari suami, ehehehe. Amiiiiin, semoga lancar2 semuanya sampai hari tua nanti yah.
Oia, inget buat terus memantau dana pensiunmu Lip. Siapa tau ada perubahan kebutuhan hidup, atau rencana keluarga ke depannya. Gutlak dan slamat menikmati hari tuaaa. Hihi.
Iya kakak Arif. Aku masih nyimpen sedikit dana di sana juga, tapi lama belum kupantau lagi. Hehe.
Nice. yang kinerjanya masuk top 10 biasanya sih dari produk MI asing. Utamakan yang syariah :). Kebetulan kalau BNI Simponi udah otomatis program subsidi dari kantor, jadi ga terlalu kupikirkan.
Kadang kalau mikir pensiun, rasanya kok udah tua bener ya haha..
Wah kantornya kereen! Hehe. Arif juga keren karna udah melek investasi. Kapan2 aku konsultasi ahhh :)
Hehe kayaknya karna kata pensiun itu memang sounds sooooo old. Aku lebih suka pake kata retirement sebenarnya, hehe. Tapi heyy kita emang udah tua cuyyy. Bayangin waktu kita baris di Sabuga dulu itu, udah 11 taun yang lalu. Haha.
membuat jadi berpikir, mungkin bisa juga dijalani apalagi dengan kemudahan kemudahannya, hihi. suskses yah Enci
Ah, nggak sekeren itu kok. Mungkin karena kebetulan aja kantorku milih program yang sama dengan yang Eva pilih :-). Aku juga belum lama mikir yang beginian hhaa..
Iya ya... dah tua aje plus belum kawin. huaa... Baris di Sabuga di urutan-urutan akhir, makanya kita sekelas, kelas NIM bontot :-)
Siiippp. Smangat yahh. Ini emang feasible banget buat dikerjakan anak muda kok, cuma mungkin blom terlalu populer aja. Sukses!
Hehe. Sooner or later we got to come to think about this yah, hehe.
Huaaa jadi nostalgia kitaaahh. Itu berkorelasi positif sebenarnya. Kemalasan datang antri pendaftaran dengan IPK wkwkwk.
Insightful!
Aq termasuk yang telat melek soal financial planning. Bahkan bisa dikatakan masih berpengetahuan minim.
Lantas, karena kurang info dan ngikut arus, akhirnya pilihan jatuh pada asuransi+investasi. Hanya memang benefit yang diterima jadi separuh-separuh gitu.. jelas ini ga kan cukup..
Thanks to you, Va, ni tulisan jadi reminder plus bikin aq makin melek ama opsi financial planning..
Cheers!
Nah itu dia yang paling bahaya sebenarnya, dear Arief. Ketika kita cuma ikut-ikutan orang tanpa tahu seluk-beluknya, bisa jadi instrumen yang kita pilih tidak sesuai dengan maunya kita atau bahkan return yang kita inginkan. Cari informasi sebanyak-banyaknya memang wajib hukumnya sebelum menemukan yang pas. Saya sih tidak menganjurkan untuk segera menarik dana di sana, tapi mungkin bisa dipertimbangkan untuk migrasi atau memulai plan di instrumen yang lebih sesuai keinginan. Goodluck!
kalau korelasinya dengan IPK sepertinya perlu diuji va. banyak juga yang IPK nya gede di kelas kita. tapi kalau korelasinya dengan waktu kedatangan ke kelas, terlihat jelas korelasinya haha..
betul, tulisan Eva ini bisa jadi pengingat kita akan pentingnya mulai investasi seawal mungkin. yang jelas, money market adalah salah satu pilihan yang tepat.
untuk yang jangka menengah aku prefer obligasi. dan lagi-lagi, agar lebih aman dan menenangkan, aku pilih yang syariah alias sukuk daripada cuma didepositokan. yah lumayan lah buat variasi investasi. seperti kata pepatah,"don't put all your eggs in one basket" :-)
sayangnya dulu kuliah fineng (financial engineering) ga gitu perhatiin betul jadinya banyak lupa, numpang rame2 aja sih wkwkwk...
betul betul Vaa,,mumpung masih muda, mulai investasi buat dana pensiun. Plus suransi kesehatan..kan ada resiko sakit, biar ga nguras uang tabungan kalo pas sakit, mudah2an siyh sehat terus sampe tua yaa.. :)
Iya che, namanya hidup yah, mana ada yang tahu. Lebih baik siapkan selagi mampu :)
Post a Comment