Rss Feed

If Life Is As Free As Hadza

Freedom, kalau kata wikipedia adalah free will, the ability to make choices. Freedom, seringkali diartikan sebagai kebebasan dari segala bentuk penjajahan, tapi dalam hidup manusia sekarang ini, bagian mana yang tidak bisa disebut penjajahan? Tak ada manusia yang bisa hidup sebebas yang mereka mau, karena suka tidak suka, kita hidup dalam aturan, dalam norma, dalam hukum yang mengungkung kita.

Dalam pelajaran PPKn semasa SD dulu, ada kalimat yang lazim: Jangan sampai kebebasan kita mengganggu kebebasan orang lain. Katanya, kita bebas mendengarkan musik sesuai selera kita, tapi jangan terlalu kencang hingga mengganggu tetangga. Lalu kalau begitu, apa kita masih bisa dibilang bebas? Apa ini bentuk kebebasan yang paling kita inginkan - kebebasan yang tidak terlalu bebas?

Sekarang coba tengok hidup ala suku Hadza berikut. http://nationalgeographic.co.id/featurepage/118/orang-orang-hadza/1

Orang-orang Hadza, taken from NGI

Bayangkan kehidupan mereka. Imagine living the way they live. Kata saya, ini mungkin salah satu bentuk kebebasan yang paling absolut yang ada di dunia saat ini. Saya sepakat dengan Michael Finkel, sang reporter yang bilang "Beberapa hal dari suku Hadza membuat saya iri, terutama kebebasannya yang saya lihat. Bebas dari keinginan untuk memiliki. Bebas dari sebagian besar tugas sosial. Bebas dari aturan keagamaan. Bebas dari banyak tanggung jawab keluarga. Bebas dari jadwal, pekerjaan, atasan yang menuntut, tagihan, kemacetan lalu lintas, pajak, hukum, berita, dan uang. Bebas dari rasa cemas. Bebas untuk kentut dan bersendawa tanpa harus minta maaf."

Do you feel like wanting such kind of life? I do. Khususnya untuk orang-orang yang benci dikekang seperti saya, hidup seperti ini pasti seperti hidup di surga. Free, as free as the most free we can be. Tapi kalau ditawarkan, untuk hidup seperti ini, will you?

Siapkah untuk menjalani hidup yang keras dan liar, menjelajah tanpa batas hanya untuk mencari makanan? Siapkah untuk meninggalkan semua hal-hal duniawi, target-target, dan keinginan manusia pada umumnya, which we used to have? Siapkah melepaskan keluarga, pekerjaan, agama, dan segala bentuk pengekangan?

Nyatanya, saya tidak siap. Kebebasan absolut yang menggiurkan itu ternyata harus diganjar dengan banyak sekali perubahan besar dalam hidup. Kita yang telah terbiasa berada dalam lingkungan bebas-yang-tidak-sebebas-bebasnya kemungkinan besar tidak akan sanggup menjalaninya. Kita, in fact, memang membutuhkan aturan, norma, dan hukum, sebagian karena kita secara harfiah memang membutuhkannya, dan sebagian karena kita telah terbiasa hidup dengannya.


PS: Imagining living the way they life is pleasant enough anyway :)

2 comments:

dungdangdung said...

if we still believe in God, there's no such thing called as freedom :D

eve said...

hmmm.. nice point of view ka gadang..
definitely true..