Merokok sendiri di teras ini selalu membuatku merasa sendu. Dan bertanya. Bertanya kemana semua gairah dan kerinduan ini harus dilampiaskan. Bertanya mengapa hari ini kulalui dengan cara begini. Dan berpikir. Betapa seorang Eva yang selalu tertawa dan menebar ceria bisa mendadak menjadi segini rupa.
Dan aku merasa intim. Setiap tarikan napas yang keluar serupa asap membuatku merasa syahdu. Meski sadar sepenuhnya jauh di dalam ia menggerogoti relung paru-paru, aku haturkan terima kasihku yang sedalam-dalamnya padanya. Terima kasih membuatku menyadari ada sebuah sisi di setiap kehidupan anak manusia yang tak perlu disingkap. Ia hanya perlu berdiam dan menetap di sana dan dan kau hanya perlu tahu bahwa ia ada. Tak perlu semua kebingungan yang hanya akan mendorongmu mencarinya. Tak perlu sebentuk penasaran yang hanya akan membuatmu ingin tahu.
Aku tak pernah menemukan jawaban dari semua pertanyaan yang kuutarakan. Tapi itu tak mengapa, karena aku hanya perlu tahu bahwa aku sudah bertanya. Aroma tanah yang dikirim oleh hujan akan membuatku bersyukur bahwa aku hanyalah setitik debu di semesta ini, dan sebutir debu tak perlu berpikir terlalu dalam tentang keberadaannya. Seorang debu hanya harus tahu bahwa dialah debu yang melengkapi dunia, dan dunia bukanlah dunia tanpa debu.
Dan setengah jam berganti rupa di tempat ini selalu membuatku merasa lega. Begitu menakjubkannya kesendirian ini hingga aku tak ingin menikmatinya setiap saat. Cukup segigit, cukup setitik, cukup sebentar. Dan yang segigit, setitik, dan sebentar ini akan membantuku memahami seluruh esensi hidup yang kujalani. Untuk sesaat; aku, rokok, dan bau tanah menjelma menjadi sebuah kekuatan yang membuatku merasa menguasai dunia. Yang sebentar ini membuatku menjadi Tuhan yang berhak menentukan semuanya. Tapi ya, aku hanya perlu sebentar, karena aku harus segera menjejak tanah sebelum jatuh terlampau keras, dan hilanglah semua kenikmatan melayang.
Dan ya, di teras selama setengah jam ini, aku, rokok, dan bau tanah menguasai dunia.
0 comments:
Post a Comment