Kamu tahu? Dalam setiap kisah
cinta epik yang berakhir indah, selalu ada mereka. Pelengkap kisah, pencinta
dengan hati dan pengertian seluas samudera.
Mereka, tempat berlabuh sementara, yang sempat yakin mereka telah bertemu cinta, hingga pada saatnya, begitu hidup menampar mereka dengan realita, mereka mengangkat kepala, dan melepas dengan sukarela.
Tanpa mereka, sang pelengkap kisah, maka ceritera tak lagi sama indahnya, tak lagi manis akhirnya. Mereka bukan tokoh utama, tapi kehadirannya mutlak adanya. Atau kisah itu tak lagi melibatkan petualangan indera, tak lagi luar biasa, tak lagi penuh romansa.
Tapi kamu tahu? Mungkin hanya sedikit sekali dari kita yang bisa melakoninya, secara utuh di dunia nyata. Karena yakinlah, perih rasanya. Perih itu, mungkin juga tak terkira.
Tapi toh mereka harus mengalah. Karena di buku ini mereka bukan sentra cerita. Mereka pelengkap kisah. Ini bukan tentang mereka.
Dan mungkin suatu saat kelak, jika beruntung, sang pelengkap kisah akan menemukan buku lain untuk mereka, dimana mereka bukan lagi pelengkap kisah. Mereka jadi tokoh utama. Percaya, hari itu akan ada.
Karena saya tak bisa. Tak kuasa. Saya menolak menjadi realita. Yang dipilih karena dekat, nyata, dan mencinta. Saya ingin, menjadi absurd, dalam mimpi yang fana, yang didamba.
Dan saya yakin kita akan bersua. Sesama pendongeng tak nyata. Yang mencinta dalam jiwa. Menjadi sepasang pemimpi yang mengarungi dunia. Mungkin bukan di buku ini, mungkin di buku milik kita. Bersama.
NB: Tengah mempersiapkan hati, bila ternyata kita bukan Kugy. Bila ternyata kita hanya Joshua, Wanda, Luhde, atau Remi. Pun bila nanti demikianlah adanya, maka semoga bisa melepas dengan lapang dada, seperti mereka, sang pelengkap kisah.
Mereka, tempat berlabuh sementara, yang sempat yakin mereka telah bertemu cinta, hingga pada saatnya, begitu hidup menampar mereka dengan realita, mereka mengangkat kepala, dan melepas dengan sukarela.
Tanpa mereka, sang pelengkap kisah, maka ceritera tak lagi sama indahnya, tak lagi manis akhirnya. Mereka bukan tokoh utama, tapi kehadirannya mutlak adanya. Atau kisah itu tak lagi melibatkan petualangan indera, tak lagi luar biasa, tak lagi penuh romansa.
Tapi kamu tahu? Mungkin hanya sedikit sekali dari kita yang bisa melakoninya, secara utuh di dunia nyata. Karena yakinlah, perih rasanya. Perih itu, mungkin juga tak terkira.
Tapi toh mereka harus mengalah. Karena di buku ini mereka bukan sentra cerita. Mereka pelengkap kisah. Ini bukan tentang mereka.
Dan mungkin suatu saat kelak, jika beruntung, sang pelengkap kisah akan menemukan buku lain untuk mereka, dimana mereka bukan lagi pelengkap kisah. Mereka jadi tokoh utama. Percaya, hari itu akan ada.
Karena saya tak bisa. Tak kuasa. Saya menolak menjadi realita. Yang dipilih karena dekat, nyata, dan mencinta. Saya ingin, menjadi absurd, dalam mimpi yang fana, yang didamba.
Dan saya yakin kita akan bersua. Sesama pendongeng tak nyata. Yang mencinta dalam jiwa. Menjadi sepasang pemimpi yang mengarungi dunia. Mungkin bukan di buku ini, mungkin di buku milik kita. Bersama.
NB: Tengah mempersiapkan hati, bila ternyata kita bukan Kugy. Bila ternyata kita hanya Joshua, Wanda, Luhde, atau Remi. Pun bila nanti demikianlah adanya, maka semoga bisa melepas dengan lapang dada, seperti mereka, sang pelengkap kisah.
4 comments:
Ini edisi abis baca perahu kertas y non....xixixixixixi
Iyaaahhh
dan aku jadi menggalau, halahhh, hihi
Tp selalu menjadi kesal sm penulis kisah. Kenapa harus ada org2 yg tsakiti untuk kebahagiaan 2org? Hiks... Kenapa sih ga dr awal mreka emang bareng aja terus. Kan ga perlu nyakitin org lain.
Hahaha, eh kok jadi curhat kak Anis? hihi..
Mungkin karena kalau gak ada pelengkap kisah ini, kisahnya jadi gak menjual kak. Meraka cuma nyasar di buku yang salah aja. Kelak ada buku lain buat mereka dimana disana mereka jadi sentra cerita. Ahhhh..
Post a Comment