Selamat pagi Belitung! Pagi ini kami bangun dengan
semangat dan bergegas sarapan gak pakai acara tunjuk-tunjukan siapa yang mandi
duluan. Kenapa? Karena kami sudah janjian dengan seorang pemilik kapal di Tanjung
Kelayang yang akan mengantarkan kami untuuuuuk,,, wait for it,,, island hopping! Jadi
kalau dilihat di peta, di bagian utara pulau utama Belitung terdapat banyak
pulau-pulau kecil yang kata orang tak kalah indahnya, tak kalah eksotisnya.
Si bapak yang jadi guide kami ini ternyata juga buka
usaha warung di Tanjung Kelayang yang dikelola oleh istrinya. Jadi pagi-pagi
kami sudah berangkat, dan duduk manis di warung beliau. Setelah si bapak
melakukan final check di kapalnya, kami yang sekarang sudah jadi berlima dengan
formasi Power Rangers segera berubah dan lompat ke kapal!
Kapal si bapak ini adalah kapal jenis klotok sederhana
dengan 1 motor yang dicat dominasi warna biru dan diberi nama Laskar Pelangi.
Seperti biasa, kalau duduk di kapal, lokasi favorit saya adalah di ujung kapal.
Pagi ini langit super cerah dan angin super sejuk berhembus malu-malu menerpa
wajah. Laut nampak biru tak bercela seperti mengundang kami untuk nyebur.
Sepanjang perjalanan si bapak banyak bercerita, dan
ternyata beliau ini orang yang sangat menyenangkan loh. Beliau adalah
orang menakjubkan kedua yang kami temui di Belitung setelah mas Kumbang,
orang-orang cerdas di balik kulit mereka yang lusuh, yang bikin kami sadar
bahwa orang-orang sungguh tak bisa dinilai hanya dari kulit luarnya. Cateeeeet.
Pengetahuannya
luas, karena tiap topik yang kita omongin mulai dari fotografi sampai gosip
seleb, si bapak ini suka ikutan nimbrung. Selain up-to-date sama hal-hal yang
lagi in, si bapak juga lumayan mengerti bahasa Inggris. Nilai plusnya lagi, si
bapak nampak sangat berusaha menyenangkan tamunya, sepertinya si bapak ini
paham betul konsep customer success. Angkat dua puluh jempol anggota Power
Rangers deh buat beliau!
Obyek pertama yang menarik mata kami adalah batu burung Garuda yang tersohor itu. Disebut demikian karena sebenarnya
hanya berupa batuan yang menumpuk sedemikian rupa hingga dari jauh membentuk
figur kepala burung Garuda.
Puas memoto sang burung Garuda, kami pun melanjutkan
perjalanan. Kali ini ke sebuah gosong di tengah laut. Tau gosong kan, semacam
gundukan dari pasir di tengah laut yang hanya nampak ke permukaan bila air
tidak sedang pasang. Di gosong ini kami menemukan banyak sekali bintang laut
unyu yang berserakan di sepanjang pasir.
Kapal melaju kembali dan akhirnya setelah beberapa
lama, merapat di pulau Lengkuas. Dari kejauhan sudah nampak bangunan putih
menjulang yang tadinya kami kira adalah lengkuas raksasa (kebanyakan nonton
pelem monster dubbingan indosiar) yang ternyata merupakan sebuah mercusuar.
Di
sekeliling pulau Lengkuas juga terdapat batu-batu keren yang sayangnya kalah
pamor oleh sang mercusuar. Tepat di depannya terdapat penangkaran penyu, dan
kami juga sempat melihat tukik atau anak penyu yang
ditangkarkan dalam perahu kecil.
Akhirnya, dengan rasa tak sabar kami pun masuk ke
dalam mercusuar. Dari papan namanya yang berbahasa Belanda itu sih, konon bangunan
ini dibangun tahun 1882. Jadi, kebayang kan suasananya agak horor-horor gimana
gitu. Dan benar saja, aroma mistis langsung tercium begitu kami masuk ke lantai
dasarnya.
Ada sejenis shaft yang berada tepat di tengah bangunan dan tangga
melingkar yang melekat di sepanjang dinding mercusuar. Total ada 18 lantai dengan tangga spiral non stop yang harus didaki
supaya bisa mencapai level yang paling atas. Dan ternyata kami adalah Power
Rangers cupu yang sudah loyo karena baru dilantai 4 kami sudah ngos-ngosan,
kaki gemetar, lutut kopong, dan nyaris semaput.
Tapi dengan tekad membara, akhirnya sampai juga kami
di lantai puncak. Dan you know what, semua jerih payah melelahkan yang capeknya
melebihi pendakian gunung Carstenz itu, segera terbayar dan terlupakan begitu
saja begitu kami berada di atas. Di sini ada semacam platform tempat kita bisa
duduk dan menyaksikan semua pemandangan di bawah.
Batu-batu nampak seperti
kelereng yang terserak, perahu nampak seperti mainan kertas, dan laut bagai
kain biru mahaluas yang terbentang tanpa batas. Dan dari atas sini, segala hal
nampak begitu kecil, begitu jauh, begitu juga semua masalah dan problematika
hidup, ceileeehhh. I swear I could sit over there all day long, kalau saja naga
kepala sembilan di perut gak menggedor-gedor perut.
Puas menjelajahi pulau Lengkuas, kami melanjutkan
kembali perjalanan ke area tak jauh dari pulau Babi. Kapal dijangkarkan disini
karena kami akan nyebur dan snorkeling! Overall, underwater view-nya sebenarnya
tidak jelek-jelek amat, tapi juga gak wow-wow banget.
Setelah snorkel, saya
tiba-tiba merasa bersyukur tidak memplanningkan untuk dive di Belitung ini. Jujur,
buat saya Belitung is not about the underwater, it is about the beach, gigantic
rocks, and Laskar Pelangi. Tapi, lumayanlah buat nyebur, mendinginkan badan,
say hi ke ikan-ikan kecil lucu dan bulu babi, serta tak lupa tentunya menyelam
sambil pipis, hehehe.
Puas snorkeling, perahu hanya tinggal dijalankan
beberapa menit dan sampailah kami di pulau Babi. Pulau dengan pasir putih yang
halus, dengan beberapa rumah apung dengan tempat budidaya ikan tepat di
seberangnya. Di pulau ini kami singgah sebentar untuk makan siang dan istirahat
sejenak. Si bapak mempersilakan kami turun dan menunggu sementara beliau
menurunkan bekal makan siang yang sudah dipersiapkan istrinya dari rumah.
Rupanya selagi kami snorkeling, si bapak sudah mulai membakar ikan supaya
makanan siap tepat ketika kami sampai di pulau. Manajemen waktu yang luar
biasa, saudara-saudara sekalian. Kami langsung terkagum-kagum dibuatnya dan
langsung sepakat si bapak ini aset berharga kalau kita hire di perusahaan, hehe.
Nah, makan siang sudah siap, ikan bakar fresh from the grill, cah kangkung dengan aroma yang meneteskan air liur, nasi putih, sambal merah dan sambal kecap, cumi goreng tepung, dan sate udang. Disajikan di kala perut keroncongan, di atas pasir putih, bersama kawan-kawan, ditemani angin laut dan pemandangan hamparan laut tenang. Kombinasi dashyat yang bikin semua makanan ludes segera dalam hitungan beberapa menit saja, hehe.
Tak lupa tentunya setelah itu, selonjoran di bawah pohon, meluruskan kaki, merokok, dan tidur siang. Seketika pasir putih adalah kasur terempuk di dunia, semilir angin adalah ninabobo paling merdu yang pernah ada. Aaarrrghhh, surga dunia!
Akhirnya meski enggan beranjak, kami melanjutkan
kembali perjalanan ke pulau berikutnya. Pulaunya tidak besar, dengan daya tarik
utamanya berupa rangkaian batu-batu besar lebar dan pipih, yang dinamai pulau
Batu Berlayar. Disini kami singgah tak lain dan tak bukan untuk foto-foto
(teteuuup) sampai puas kemudian lanjut lagi ke destinasi berikutnya.
Pulau terakhir kami adalah Pulau Burung, yang letaknya
di seberang batu burung Garuda. Kalau tadi di awal perjalanan kami melewati
burung Garuda dari samping, maka pulau Burung ini tepat di seberang moncong sang
burung. Pesonanya, masih massive rocks spread all over the island.
Akhirnya, petualangan menyisiri garis pantai utara
pulau Belitong berakhirlah sudah. Setelah menghaturkan beribu-ribu terima kasih
atas pelayanan si bapak yang beyond expectation dan menyelesaikan urusan
hitung-hitungan, kami pamit dan pulang. Sebelum kembali ke hotel kami singgah
lagi di pantai Tanjung Tinggi untuk makan malam. Malamnya, kedua pria
melewatkan Euro karena langsung semaput begitu menyentuh kasur.
...
Dan dengan demikian, berakhirlah pula liburan di Belitung kali ini. Esok paginya kami menyempatkan diri membeli souvenir di toko pusat kerajinan KUKM di Pasar Kota Tanjungpandan sebelum terbang siang harinya. Tempatnya luas dan menyediakan semua hal khas Belitung, seperti t-shirt, batu satam, akar bahar, belacan, dll. Saya sendiri beli beberapa kaos, madu putih, dan gelang akar bahar untuk dibawa pulang.
Yang belum ke Belitung, cobalah kesana kapan-kapan kawan. Dijamin tak akan menyesal :)
Note:
1. All pictures copyright Hadi Firdausi, Maidy Putra, dan Eva Bachtiar.
2. Baca juga petualangan hari pertama di Halo Belitung - Day 1, hari kedua di Belitung, Negeri Laskar Pelangi - Day 2, hari ketiga di Belitung, Surga Warung Kopi - Day 3m dan di hari keempat di Belitung, Pesona Batu Raksasa - Day 4.
1 comments:
Hoping island plus makannya seharian kena berapa biayanya yah?
Post a Comment